ANATOMI FISIOLOGI URINARIA
Urin merupakan cairan sisa dari
metabolisme tubuh. Urin dikeluarkan berdasarkan hasil fungsi kerja ginjal yang
memfilter darah. Komponen yang ada dalam urin seperti urea, garam terlarut dan
materi organik lainnya. Salah satu komponen yang dapat berbahaya bagi tubuh
adalah ammonia yang harus dikeluarkan dari tubuh karena dapat mengganggu sistem
tubuh. Amonia dapat di uji dengan pereaksi Nessler secara kualitatif atau pun
kuantitatif. Uji kualitatif dapat dilihat dari warna yang dihasilkan reaksi
Nessler yaitu berwarna kuning. Sedangkan untuk menghitung secara kuntitatif
dapat dilakukan dengan bantuan Spektrofotometer. Panjang gelombang yang
digunakan adalah 420 nm. Semakin tinggi absorbansi maka semakin tinggi pula
kadar amonia yang ada dalam urin.
Urea adalah produk buangan utama dari zat-zat kimia yang
mengandung nitrogen dalam tubuh. Urea memiliki berat molekul 60 Da. Akan
tetapi, lazimnya, konsentrasi urea hanya dinyatakan sebagai kandungan nitrogen
dari urea. Untuk alasan inilah istilah nitrogen urea serum atau urin jauh lebih
umum digunakan. Seperti disebutkan pada bagian osmolalitas di atas, sebuah
molekul urea mengandung dua atom nitrogen, sehingga, berat molekul nitrogen urea adalah 28Da.
Urea serum banyak digunakan sebagai tolok-ukur disfungsi ginjal, tetapi kegunaannya sebagai tolok-ukur GFR (laju filtrasi glomerular) tidak cukup baik karena beberapa asalan. Pertama, konsentrasi urea dalam darah tergantung bukan hanya pada fungsi ginjal tetapi juga pada laju produksi urea, yang sebagian besar bergantung pada asupan protein. Jumlah asupan protein berbeda-beda diantara setiap orang. Urea disaring secara bebas pada glomerulus, tetapi diserap kembali dalam tubula proksimal dan dalam saluran penampung medullary dalam (Oh, 1997). Jumlah yang diserap kembali dalam tubula proksimal berbeda-beda tergantung pada status volume vaskular efektif. Lebih jauh, jumlah yang diserap ulang dalam penampung medullary dalam tergantung pada laju aliran urin. Meskipun dengan kekurangan ini nitrogen urea serum masih banyak digunakan sebagai tolok-ukur disfungsi ginjal. Jika fungsi ginjal normal tanpa pengurangan volume, bersihan urea adalah sekitar 50% dari bersihan kreatinin, tetapi jika terjadi penurunan volume signifikan, bersihan urea bisa hanya mencapai 10% dari bersihan kreatinin. Saat gagal ginjal bertambah parah, bersihan urea hampir sama dengan bersihan kreatinin.
Pengukuranurea
Pada dasarnya ada tiga metode pengukuran urea. Metode standar, yang hanya digunakan sebagai metode referensi karena biayanya yang tinggi, adalah spektrometri massa pengenceran isotop (Kessler, 1999). Dalam laboratorium klinis, urea diukur baik dengan metode kolorimetri berdasarkan reaksi urea dengan diasetil monoksima atau dengan metode enzimatis. Pada metode kolorimetri, urea bereaksi secara langsung dengan diasetil monoksim dibawah kondisi asam kuat menghasilkan produk kondensasi berwarna kuning. Reaksi diintensifkan dengan penambahan ion feri (ferric) dan tiosemikarbazida. Warna merah tua yang terbentuk diukur pada panjang gelombang 540 nm.
Reaksi awal pada semua metode enzimatis adalah hidrolisis urea oleh urease, yang menghasilkan amonia dan CO2. Amonia dan CO2 yang dihasilkan diukur dengan berbagai metode untuk untunk menghitung konsentrasi urea dalam sampel awal. Pengukuran amonia palign sering digunakan. Pada salah satu dari metode ini, amonia yang dihasilkan oleh urease mengkonversi glutamat dan ATP menjadi glutamin dan ADP. ADP yang dihasilkan ini dipakai dalam reaksi yang dikatalisis oleh piruvat kinase dan piruvat dioksidase untuk menghasilkan hidrogen peroksida. Hidrogen peroksida kemudian diukur sebagai dugaan tidak langsung dari konsentrasi urea. Pada metode enzimatis lainnya seperti yang digunakan untuk kreatinin, amonia yang dihasilkan dari hidrolisis urea bereaksi dengan lafa-ketoglutarat dan NADH menghasilkan asam glutamat dan NAD+ oleh glutamat dehidrogenase. Jumlah NADH yang dipakai diukur secara fotometri untuk menentukan konsentrasi urea. Metode urease lainnya melibatkan metode indofenol, dimana amonium yang dihasilkan oleh urease bereaksi dengan hipoklorit untuk membentuk monokloramin. Jika terdapat fenol dan hipoklorit berlebih, monokloramin membentuk sebuah senyawa yang berwarna biru, indofenol, yang konsentrasinya ditentukan dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 630 nm. Pada metode enzimatis lainnya lagi, CO2 yang dihasilkan oleh urease diukur dengan metode kromatografi gas konduktif termal.
Bersihan Urea dan Rasio Urea/Kratinin dalam Serum Jika tidak ada disfungsi ginjal dan dehidrasi parah, bersihan urea adalah sekitar 50% dari bersihan kreatinin, dan dengan demikian sekitar 50% dari GFR, karena sekitar 50% dari urea yang disaring diserap ulang. Curahan reabsorbsi urea terjadi dalam tubula proksimal, sekitar 40% dari muatan yang disaring. Diantara tempat-tempat nefron distal, duktus medullary dalam menyerap ulang urea secara ekstensif di sepanjang gradien konsentrasi ketika urin dipekatkan. Beberapa urea yang diserap ulang dari medula dalam memasuki kembali tubula pada descending thin limb; pemasukan ulang ini mewakili siklus ulang urea intrarenal. Pemasukan ulang urea terjadi utamanya pada simpal (pool) yang pendek dari Henle. Beberapa urea yang diserap ulang dari duktus penampung medula dalam dibawa keluar dari medula melalui vasa recta; jumlah ini mewakili sekitar 10% dari muatan yang disaring dengan aliran urin normal, tetapi dengan konsentrasi urin yang tinggi jumlah ini bisa meningkat tajam (Lyman,1986).
Pengurangan bersihan urea yang signifikan terjadi ketika penyerapan ulang urea proksimal meningkat akibat pengurangan volume vaskular yang efektif. Penyerapan ulang urea dalam tubula proksimal berlangsung pasif dan tergantung pada gradien konsentrasi urea yang mendukung. Gradien ini dibentuk oleh reabsorpsi air dalam tubula proksimal. Normalnya, sekitar dua per tiga dari air yang disaring diserap ulang daam tubula proksimal sebagai hasil dari penyerapan ulang garam (utamanya natrium klorida). Kehilangan dua per tiga air dalam tubula meningkatkan konsentrasi urea dalam tubula tiga kali lipat, sehingga menghasilkan gradien untuk difusi urea keluar dari tubula. Ketika penyerapan ulang air adalah 90% dari muatan yang disaring, konsentrasi urea akan meningkat sampai 10 kali lipat konsentrasi plasma. Pengurangan volume dan aliran plasma ginjal yang menurun tnapa pengurangan volume, misalnya stenosis arteri ginjal, juga mengurangi laju filtrasi glomerular, sehingga mengurangi bersihan kreatinin dan urea. Dengan demikian, penyusutan volume mengurangi bersihan kreatinin hanya melalui filtrasi yang berkurang, dan bersihan urea oleh filtrasi yang berkurang dan reabsorpsi yang meningkat. Dengan demikian, pada penyusutan volume, bersihan urea berkurang lebih banyak dibanding pada bersihan kreatinin. Normalnya, rasio nitrogen urea plasma dengan kreatinin plasma adalah sekitar 10 berbanding 1, tetapi pada penyusutan volume rasio ini biasanya lebih besar dibanding 20 berbanding 1. Prediksi status volume dengan rasio urea/kreatinin didasarkan pada asumsi kekonstanan produksi urea dan kreatinin, yang sering tidak demikian. Glukokortikoid dan diet berprotein tinggi meningkatkan produksi urea, sedangkan malnutrisi protein kronis menguranginya. Produksi kreatinin juga sangat berbeda-beda; peletihan otot yang signifikan bisa mengurangi produksinya menjadi kurang dari sepertiga nilai biasa. Sekarang ini, penyebab utama tingginya rasio BUN/kreatinin di rumah sakit bukan dehidrasi, tetapi asupan protein yang memadai (seringkali dengan pemberian lewat tabung) pada pasien yang mengalami peletihan otot parah. Sehingga, ekskresi urea fraksional akan menjadi status indeks volume yang lebih baik dibanding rasio urea/kreatinin (Carvounis, 2002). Mekanisme-mekanisme yang digunakan oleh volume vaskular efektif untuk meningkatkan reabsorpsi proksimal garam dan air telah dijelaskan sebelumnya
Urea serum banyak digunakan sebagai tolok-ukur disfungsi ginjal, tetapi kegunaannya sebagai tolok-ukur GFR (laju filtrasi glomerular) tidak cukup baik karena beberapa asalan. Pertama, konsentrasi urea dalam darah tergantung bukan hanya pada fungsi ginjal tetapi juga pada laju produksi urea, yang sebagian besar bergantung pada asupan protein. Jumlah asupan protein berbeda-beda diantara setiap orang. Urea disaring secara bebas pada glomerulus, tetapi diserap kembali dalam tubula proksimal dan dalam saluran penampung medullary dalam (Oh, 1997). Jumlah yang diserap kembali dalam tubula proksimal berbeda-beda tergantung pada status volume vaskular efektif. Lebih jauh, jumlah yang diserap ulang dalam penampung medullary dalam tergantung pada laju aliran urin. Meskipun dengan kekurangan ini nitrogen urea serum masih banyak digunakan sebagai tolok-ukur disfungsi ginjal. Jika fungsi ginjal normal tanpa pengurangan volume, bersihan urea adalah sekitar 50% dari bersihan kreatinin, tetapi jika terjadi penurunan volume signifikan, bersihan urea bisa hanya mencapai 10% dari bersihan kreatinin. Saat gagal ginjal bertambah parah, bersihan urea hampir sama dengan bersihan kreatinin.
Pengukuranurea
Pada dasarnya ada tiga metode pengukuran urea. Metode standar, yang hanya digunakan sebagai metode referensi karena biayanya yang tinggi, adalah spektrometri massa pengenceran isotop (Kessler, 1999). Dalam laboratorium klinis, urea diukur baik dengan metode kolorimetri berdasarkan reaksi urea dengan diasetil monoksima atau dengan metode enzimatis. Pada metode kolorimetri, urea bereaksi secara langsung dengan diasetil monoksim dibawah kondisi asam kuat menghasilkan produk kondensasi berwarna kuning. Reaksi diintensifkan dengan penambahan ion feri (ferric) dan tiosemikarbazida. Warna merah tua yang terbentuk diukur pada panjang gelombang 540 nm.
Reaksi awal pada semua metode enzimatis adalah hidrolisis urea oleh urease, yang menghasilkan amonia dan CO2. Amonia dan CO2 yang dihasilkan diukur dengan berbagai metode untuk untunk menghitung konsentrasi urea dalam sampel awal. Pengukuran amonia palign sering digunakan. Pada salah satu dari metode ini, amonia yang dihasilkan oleh urease mengkonversi glutamat dan ATP menjadi glutamin dan ADP. ADP yang dihasilkan ini dipakai dalam reaksi yang dikatalisis oleh piruvat kinase dan piruvat dioksidase untuk menghasilkan hidrogen peroksida. Hidrogen peroksida kemudian diukur sebagai dugaan tidak langsung dari konsentrasi urea. Pada metode enzimatis lainnya seperti yang digunakan untuk kreatinin, amonia yang dihasilkan dari hidrolisis urea bereaksi dengan lafa-ketoglutarat dan NADH menghasilkan asam glutamat dan NAD+ oleh glutamat dehidrogenase. Jumlah NADH yang dipakai diukur secara fotometri untuk menentukan konsentrasi urea. Metode urease lainnya melibatkan metode indofenol, dimana amonium yang dihasilkan oleh urease bereaksi dengan hipoklorit untuk membentuk monokloramin. Jika terdapat fenol dan hipoklorit berlebih, monokloramin membentuk sebuah senyawa yang berwarna biru, indofenol, yang konsentrasinya ditentukan dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 630 nm. Pada metode enzimatis lainnya lagi, CO2 yang dihasilkan oleh urease diukur dengan metode kromatografi gas konduktif termal.
Bersihan Urea dan Rasio Urea/Kratinin dalam Serum Jika tidak ada disfungsi ginjal dan dehidrasi parah, bersihan urea adalah sekitar 50% dari bersihan kreatinin, dan dengan demikian sekitar 50% dari GFR, karena sekitar 50% dari urea yang disaring diserap ulang. Curahan reabsorbsi urea terjadi dalam tubula proksimal, sekitar 40% dari muatan yang disaring. Diantara tempat-tempat nefron distal, duktus medullary dalam menyerap ulang urea secara ekstensif di sepanjang gradien konsentrasi ketika urin dipekatkan. Beberapa urea yang diserap ulang dari medula dalam memasuki kembali tubula pada descending thin limb; pemasukan ulang ini mewakili siklus ulang urea intrarenal. Pemasukan ulang urea terjadi utamanya pada simpal (pool) yang pendek dari Henle. Beberapa urea yang diserap ulang dari duktus penampung medula dalam dibawa keluar dari medula melalui vasa recta; jumlah ini mewakili sekitar 10% dari muatan yang disaring dengan aliran urin normal, tetapi dengan konsentrasi urin yang tinggi jumlah ini bisa meningkat tajam (Lyman,1986).
Pengurangan bersihan urea yang signifikan terjadi ketika penyerapan ulang urea proksimal meningkat akibat pengurangan volume vaskular yang efektif. Penyerapan ulang urea dalam tubula proksimal berlangsung pasif dan tergantung pada gradien konsentrasi urea yang mendukung. Gradien ini dibentuk oleh reabsorpsi air dalam tubula proksimal. Normalnya, sekitar dua per tiga dari air yang disaring diserap ulang daam tubula proksimal sebagai hasil dari penyerapan ulang garam (utamanya natrium klorida). Kehilangan dua per tiga air dalam tubula meningkatkan konsentrasi urea dalam tubula tiga kali lipat, sehingga menghasilkan gradien untuk difusi urea keluar dari tubula. Ketika penyerapan ulang air adalah 90% dari muatan yang disaring, konsentrasi urea akan meningkat sampai 10 kali lipat konsentrasi plasma. Pengurangan volume dan aliran plasma ginjal yang menurun tnapa pengurangan volume, misalnya stenosis arteri ginjal, juga mengurangi laju filtrasi glomerular, sehingga mengurangi bersihan kreatinin dan urea. Dengan demikian, penyusutan volume mengurangi bersihan kreatinin hanya melalui filtrasi yang berkurang, dan bersihan urea oleh filtrasi yang berkurang dan reabsorpsi yang meningkat. Dengan demikian, pada penyusutan volume, bersihan urea berkurang lebih banyak dibanding pada bersihan kreatinin. Normalnya, rasio nitrogen urea plasma dengan kreatinin plasma adalah sekitar 10 berbanding 1, tetapi pada penyusutan volume rasio ini biasanya lebih besar dibanding 20 berbanding 1. Prediksi status volume dengan rasio urea/kreatinin didasarkan pada asumsi kekonstanan produksi urea dan kreatinin, yang sering tidak demikian. Glukokortikoid dan diet berprotein tinggi meningkatkan produksi urea, sedangkan malnutrisi protein kronis menguranginya. Produksi kreatinin juga sangat berbeda-beda; peletihan otot yang signifikan bisa mengurangi produksinya menjadi kurang dari sepertiga nilai biasa. Sekarang ini, penyebab utama tingginya rasio BUN/kreatinin di rumah sakit bukan dehidrasi, tetapi asupan protein yang memadai (seringkali dengan pemberian lewat tabung) pada pasien yang mengalami peletihan otot parah. Sehingga, ekskresi urea fraksional akan menjadi status indeks volume yang lebih baik dibanding rasio urea/kreatinin (Carvounis, 2002). Mekanisme-mekanisme yang digunakan oleh volume vaskular efektif untuk meningkatkan reabsorpsi proksimal garam dan air telah dijelaskan sebelumnya
Urin merupakan hasil dari ekskresi manusia yang dihasilkan
dari penyaringan darah yang dilakukan di ginjal. Urin normal berwarna
kekuning-kuningan atau terang dan transparan.Urin terdiri dari air dengan bahan
terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi
organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan
interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul
yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui
molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi
dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang
keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui
urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi sumber nitrogen yang
baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos,
Menurut Bykov (1960) bahwa urine terbentuk dalam ginjal dan
dibuang dari tubuh lewat saluran. Urine terdiri dari 98% air dan yang lainnya
terdiri dari pembentukan metabolisme nitrogen (urea, asam urat, kreatinin dan
juga produk lain dari metabolisme protein. Menurut Kimber (1949) urine biasanya
bersifat kurang asam dengan pH antara 5 – 7. Urine yang sehat berat jenisnya
berkisar 1.010 – 1.030, tergantung perbandingan larutan dengan air. Banyaknya
urine yang dikeluarkan dalam 1 hari dari 1.200 – 1.500 cc (40 – 50 oz) (Ganong,
2001).
Dalam
urin bisa terdapat amonia. Amonia adalah suatu produk yang dihasilkan ketika
proses pencernaan protein. Hati memproduksi amonia yang baya naumn juga bisa
tidak berbahata jika fungsi hati berjalan dengan baik. Banyak subtansi lainnya
yang dapat membuat fungsi hati terganggu. Keadaan ini sangat berbahaya bagi tubuh.
Kadar urin dapat ditentukan dengan cara Nessler. Reagen
Nessler merupakan campuran senyawa K2[HgI4] dengan NaOH.
Keberadaan amonia ditunjukkan dengan terbentuknya warna kuning sebagai hasil
reaksi yang terjadi antara amonium dengan pereaksi Nessler. Warna kuning yang
terbentuk banyaknya berbanding lurus dengan konsentrasi amonia, sehingga
konsentrasi amonia dapat diukur dengan menggunakan spektrofotometer dengan
akurasi antara 0.01 – 0.05 mg amonia (Matthews & Miller 1913)
Urinaria adalah
suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas
dari zat – zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat – zat yang
masih dipergunakan oleh tubuh. Defini lain menyebutkan bahwa sistem
perkemihan atau biasa juga disebut Urinary System adalah suatu system
kerjasama tubuh yang memiliki tujuan utama mempertahankan keseimbangan internal
atau Homeostatis. Fungsi lainnya adalah untuk membuang produk-produk
yang tidak dibutuhkan oleh tubuh. Sistem urinaria
terdiri atas 2 buah ginjal, 2 buah ureter, 1 kandung kemih (vesica urinaria/
bladder) dan 1 uretra. Sistem ini membantu mempertahankan hemeostasis dengan
cara sebagai berikut:
1. Memproduksi
urin sebagai hasil penyaringan darah
2. Memproduksi
eritropoetin, suatu hormon yang merangsang pertumbuhan eritrosit
3. Memproduksi
renin, suatu enzim yang berfungsi dalam jalur renin-angiotensin yang mengatur
tekanan darah
4. Aktivaator
vitamin D. Di bawah sinar matahari kulit kita akan merubah kolestrol menjadi
vit. D3 yang selanjutnya diikat oleh protein dan dibawa ke hati.
Dalam hati zat ini akan dihidrolisis menjadi 25-(OH) D3. Selanjutnya
di bawa ke ginjal untuk diubah menjadi vitamin D3 yang lebih aktif
yaitu 1,25-(OH) 2D3
5. Mengatur
komposisi cairan elektrolit.
Seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya bahwa Sistem perkemihan atau disebut juga Urinary
System melibatkan 4 organ,
yaitu:
- Ginjal
- ureter
- Kandung Kemih
- Saluran Kencing (Uretra)
Organ yang
paling berperan dalam hal ini adalah Ginjal (Renal; Kidney).
Anatomi Ginjal
.ANATOMI SISTEM PERKAMIHAN
Anatomi
sistem perkemihan terdiri dari organ
makroskopik dan organ mikroskopik dibawah ini adalah organ makroskopik:
Bagian pembentuk urin, yaitu kedua ginjal
Bagian penyalur: saluran ginjal, kandung kemih dan saluran kandung kemih.
Anak ginjal tidak tergolong alat ekskresi.
STRUKTUR MAKROSKOPIK SISTEM PERKEMIHAN
- PYELUM: adalah bagian atas dari uereter
- HILUS : adalah cekungan dibagian tengah ginjal
- C
ALYCES mayor/ minor: adalah cabang-cabang pyelum yang masuk kedalam ginjal - PYRAMIS RENALIS: adalah kumpulan-kumpulan tubulus Rectus Yang bermuara di calyces
- TUNIKA FIBROSA: adalah selaput pembungkus ginjal
STRUKTUR MIKROSKOPIK SISTEM PERKEMIHAN
Dibawah ini adalah organ dan struktur Mikroskopik sistem perkemihan:
A. Nefron adalah unit struktural dan fungsional ginjal terdiri dari
A. Nefron adalah unit struktural dan fungsional ginjal terdiri dari
a)
Glumelurus
adalah gelungan kapiler tempat filtrasi darah. filtratnya disebut urine primer
b)
Capsula bowman
adalah kantong yang menerima filtrat dari glomelurus
c)
Tubulus
Contortus Proximal adalah saluran mikroskopik yang menghisap sebagian filtrat
d)
Anse henle
adalah saluran yang sempit dan melengkung terletak diantara tubulus kontortus proximal dan distal.
e)
Tubulus
contortus distal adalah saluran mikroskopik yang menghisap hasil filtrasi
lanjutan , filtratnya disebut urine sekunder
f)
Tubulus rektus
/ duktus coligentes adalah saluran penampung yang mengalirkan hasil filtrasi
kedalam pyelum
A.
Susunan
Organ Sistem Urinaria
1. Ginjal
Ginjal adalah organ
ekskresi yang berbentuk
mirip kacang. Ginjal
merupakan organ berbentuk seperti kacang yang terletak di kedua sisi columna
vertebralis, di bawah liver dan limphe. Di bagian superior
ginjal terdapat adrenal gland (juga disebut kelenjar suprarenal).
Ginjal bersifat retroperitoneal, yang berarti terletak di belakang peritonium
yang melapisi rongga abdomen. Kedua ginjal terletak di sekitar
vertebra T12 hingga L3. Ginjal kanan biasanya terletak sedikit di bawah
ginjal kiri untuk memberi tempat untuk hati. Sebagian dari bagian atas ginjal
terlindungi oleh iga ke sebelas dan duabelas. Kedua ginjal dibungkus oleh
dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal) yang membantu meredam
goncangan.Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibandingkan dengan ginjal kiri
karena tertekan ke bawah oleh hati. Kutub atas ginjal kanan terletak setinggi
iga keduabelas, sedangkan ginjal kiri terletak setinggi iga kesebelas. Pada
orang dewasa, panjang ginjal sekitar 12-13 cm, lebarnya 6 cm, tebal
2,5 cm dan beratnya ± 140 gram ( pria=150 – 170 gram, wanita = 115-155 gram).
Bagian- Bagian Ginjal
Bila sebuh ginjal kita iris memanjang, maka aka tampak bahwa ginjal terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian kulit (korteks), sumsum ginjal (medula), dan bagian rongga ginjal (pelvisrenalis).
1.Kulit Ginjal (Korteks)
Pada kulit ginjal terdapat bagian yang bertugas melaksanakan penyaringan darah yang disebut nefron. Pada tempat penyarinagn darah ini banyak mengandung kapiler – kapiler darah yang tersusun bergumpal – gumpal disebut glomerolus. Tiap glomerolus dikelilingi oleh simpai bownman, dan gabungan antara glomerolus dengan simpai bownman disebut badan malphigi Penyaringan darah terjadi pada badan malphigi, yaitu diantara glomerolus dan simpai bownman. Zat – zat yang terlarut dalam darah akan masuk kedalam simpai bownman. Dari sini maka zat – zat tersebut akan menuju ke pembuluh yang merupakan lanjutan dari simpai bownman yang terdapat didalam sumsum ginjal.
2.Sumsum ginjal (Medula)
Sumsum ginjal terdiri beberapa badan berbentuk kerucut yang disebut piramid renal. Dengan dasarnya menghadap korteks dan puncaknya disebut apeks atau papila renis, mengarah ke bagian dalam ginjal. Satu piramid dengan jaringan korteks di dalamnya disebut lobus ginjal. Piramid antara 8 hingga 18 buah tampak bergaris – garis karena terdiri atas berkas saluran paralel (tubuli dan duktus koligentes). Diantara pyramid terdapat jaringan korteks yang disebut dengan kolumna renal. Pada bagian ini berkumpul ribuan pembuluh halus yang merupakan lanjutan dari simpai bownman. Di dalam pembuluh halus ini terangkut urine yang merupakanhasil penyaringan darah dalam badan malphigi, setelah mengalami berbagai proses.
3.RonggaGinjal(PelvisRenalis)
Pelvis Renalis adalah ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk corong lebar. Sabelum berbatasan dengan jaringan ginjal, pelvis renalis bercabang dua atau tiga disebut kaliks mayor, yang masing – masing bercabang membentuk beberapa kaliks minor yang langsung menutupi papila renis dari piramid. Kliks minor ini menampung urine yang terus kleuar dari papila. Dari Kaliks minor, urine masuk ke kaliks mayor, ke pelvis renis ke ureter, hingga di tampung dalam kandung kemih (vesikula urinaria).
Bila sebuh ginjal kita iris memanjang, maka aka tampak bahwa ginjal terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian kulit (korteks), sumsum ginjal (medula), dan bagian rongga ginjal (pelvisrenalis).
1.Kulit Ginjal (Korteks)
Pada kulit ginjal terdapat bagian yang bertugas melaksanakan penyaringan darah yang disebut nefron. Pada tempat penyarinagn darah ini banyak mengandung kapiler – kapiler darah yang tersusun bergumpal – gumpal disebut glomerolus. Tiap glomerolus dikelilingi oleh simpai bownman, dan gabungan antara glomerolus dengan simpai bownman disebut badan malphigi Penyaringan darah terjadi pada badan malphigi, yaitu diantara glomerolus dan simpai bownman. Zat – zat yang terlarut dalam darah akan masuk kedalam simpai bownman. Dari sini maka zat – zat tersebut akan menuju ke pembuluh yang merupakan lanjutan dari simpai bownman yang terdapat didalam sumsum ginjal.
2.Sumsum ginjal (Medula)
Sumsum ginjal terdiri beberapa badan berbentuk kerucut yang disebut piramid renal. Dengan dasarnya menghadap korteks dan puncaknya disebut apeks atau papila renis, mengarah ke bagian dalam ginjal. Satu piramid dengan jaringan korteks di dalamnya disebut lobus ginjal. Piramid antara 8 hingga 18 buah tampak bergaris – garis karena terdiri atas berkas saluran paralel (tubuli dan duktus koligentes). Diantara pyramid terdapat jaringan korteks yang disebut dengan kolumna renal. Pada bagian ini berkumpul ribuan pembuluh halus yang merupakan lanjutan dari simpai bownman. Di dalam pembuluh halus ini terangkut urine yang merupakanhasil penyaringan darah dalam badan malphigi, setelah mengalami berbagai proses.
3.RonggaGinjal(PelvisRenalis)
Pelvis Renalis adalah ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk corong lebar. Sabelum berbatasan dengan jaringan ginjal, pelvis renalis bercabang dua atau tiga disebut kaliks mayor, yang masing – masing bercabang membentuk beberapa kaliks minor yang langsung menutupi papila renis dari piramid. Kliks minor ini menampung urine yang terus kleuar dari papila. Dari Kaliks minor, urine masuk ke kaliks mayor, ke pelvis renis ke ureter, hingga di tampung dalam kandung kemih (vesikula urinaria).
Peredaran Darah dan Persyarafan Ginjal
Ginjal mendapat darah dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan arteria renalis, yang berpasangan kiri dan kanan dan bercabang menjadi arteria interlobaris kemudian menjadi arteri akuata, arteria interlobularis yang berada di tepi ginjal bercabang menjadi kapiler membentuk gumpalan yang disebut dengan glomerolus dan dikelilingi leh alat yang disebut dengan simpai bowman, didalamnya terjadi penyadangan pertama dan kapilerdarah yang meninggalkan simpai bowman kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena kava inferior.
Ginjal mendapat darah dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan arteria renalis, yang berpasangan kiri dan kanan dan bercabang menjadi arteria interlobaris kemudian menjadi arteri akuata, arteria interlobularis yang berada di tepi ginjal bercabang menjadi kapiler membentuk gumpalan yang disebut dengan glomerolus dan dikelilingi leh alat yang disebut dengan simpai bowman, didalamnya terjadi penyadangan pertama dan kapilerdarah yang meninggalkan simpai bowman kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena kava inferior.
Ginjal mendapat persyarafan dari
fleksus renalis (vasomotor) saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah
yang masuk ke dalam ginjal, saraf inibarjalan bersamaan dengan pembuluh darah
yang masuk ke ginjal. Anak ginjal (kelenjar suprarenal) terdapat di atas ginjal
yang merupakan senuah kelenjar buntu yang menghasilkan 2(dua) macam hormon yaitu
hormone adrenalin dan hormon kortison.
Fungsi ginjal
1. Membuang bahan sisa terutama senyawaan
nitrogen seperti urea dan kreatinin yang dihasilkan
dari metabolisme makanan oleh tubuh, bahan asing dan produk sisa.
2. Mengatur keseimbangan air dan elektrolit
3. Mengatur keseimbangan asam dan basa.
4. Menghasilkan renin yang berperan dalam
pengaturan tekanan darah.
5. Menghasilkan eritropoietin yang mempunyai
peran dalam proses pembentukan eritrosit di
sumsum tulang.
6. Produksi dan ekskresi urin
Ginjal dilapisi oleh jaringan ikat, yaitu:
1.
Fasia renalis, merupakan lapisan paling luar yang
terdiri dari jaringan ikat fibrosa yang tipis, berfungsi untuk meletakkan
ginjal ke dinding peritonium sebelah belakang.
2.
Capsula adipose, merupakan lapisan tengah yang terdiri
dari jaringan lemak, berfungsi untuk melindungi ginjal dari benturan.
3.
Capsula renalis, merupakan lapisan paling dalam yang
terdiri dari selapis jaringan ikat fibrosa tipis, tranparan dan meneruskan diri
menjadi lapisn terluar ureter. Berfungsi protektor bagi ginjal dari serangan
infeksi dan getaran.
Secara anatomi,
terdiri dari bagian dalam yang berwarna merah kecoklatan yang disebyt medula
dan bagian luar yang berwarna merah yang disebut cortex. Pada medula terdapat
8-14 struktur berbentuk conus yang disebut piramida renalis. Dasar piramida
renalis berbatasan dengan korteks sedangkan bagian ujung yang mengarah ke hilus
disebut papila renalis.
Apabila
dilakukan sayatan secara frontal maka piramida renalis terlihat bergaris-garis.
Garis tersebut merupakan tubulus-tubulus ginjal dan pembuluh-pembuluh darah
yang lurus. Melalui sayatan ini terlihat bagian cortex ginal merupakan derah
antara capsula renalis dengan piramida renalis serta daerah antara paila
renalis yang satu dengan yang lain.
Ujung
–ujung papila renalis akan berhubungan dengan sebuah saluran yang disebut calyx
minor. Beberapa calyx minor (2-3 buah) akan bergabung menjadi calyx mayor,
selanjutnya calyx mayor akan bersatu membentuk pelvis renalis yang akhirnya
akan menjadi ureter.
Di
bawah mikroskop, ginjal terlihat sebagai struktur-struktur yang berbentuk
tubulus (tabung) yang disebut nefron dengan panjang 40-60 mm. Ujung nefron
terletak di cortex ginjal berbentuk seperti corong tanpa lubang dengan dinding
rangkap yang disebut capsula bowman (berpenampang 0,2 mm).
Dinding
luar kapsula bowman (parieal) terdiri atas selapis sel epitel pipih sedangkan
dinding dalamnya (viseral) terdiri atas sel-sel epitel yang disebut pedosit. Di
antara kedua dinding tersebut terdapat rongga kapsul. Kapiler glomerulus terdiri
dari selapis sel endothel yang memiliki lubang (porus) dengan diameter100
mikrometer. Sel endothel glomerulus terdapat selapis membran basalis (serat
glikoprotein bermuatan negatif) yang akan dikelilingi oleh pedosit. Terdadapat
celah antara membran basalis dengan kaki pedosit yang disebut celah filtrasi.
Apabila
kapsula bowman terletak di perbatasan dengan medula renalis maka nefronnya
disebut nefron juxtameduler. Pada nefron jenis ini kapsula bowmannya akan
dihubungkan dengan tubulus contortus proximus yang berkelok-kelok kemudian
turun memasuki medula menjadi lengkung descendens (descendens loop). Pada
bagian dasar ini akan berbeluk membentuk huruf U yang disebut lengkung henle
(loop of henle) kemudian naik lagi menjadi bagian bagian dari lengkung ascendes
(ascendes loop) yang selanjutnya akan kembali ke bagian cortex membentuk
tubulus contortus distlis. Tubulus-tubulus ini akan berstu membentuk tubulus
pengumpul (collectius). Selanjutnya beberapa tubulus pengumpul akan bergabung
membentuk ductus papilaris yang akan bermuara di calyx minor. Jenis nefron ini
hanya sedikit yaitu sekitar 15 % dari jumlah total nefron namun memiliki fungsi
penting dalam konservasi air dan mineral tubuh. Nefron lainnya sebesar 85 %
memiliki kapsula bowman dan tubulus yang terletak di bagian cortex sehingga
praktis tidak ada bagian nefron yang masuk ke dalam bagian medula ginjal.
Potongan longitudinal ginjal
memperlihatkan dua daerah yang berbeda yaitu Korteks dan medula.
- Korteks : bagian luar dari ginjal
- Medula : Bagian dalam dari ginjal
- Piramid : Medula yang terbagi-bagi menjadi baji segitiga
- Kolumna Bertini ; Bagian korteks yang mengelilingi piramid.
- Papilaris berlini : Papila dari tiap piramid yang terbentuk dari persatuan bagian terminal dari banyak duktus pengumpul.
- Pelvis: Reservoar utama sistem pengumpulan ginjal.
- Kaliks minor: bagian ujung pelvis berbentuk seperti cawan yang mengalami penyempitan karena adanya duktus papilaris yang masuk ke bagian pelvis ginjal.
- Kaliks mayor: Kumpulan dari beberapa kaliks minor.
NEFRON
Unit fungsional ginjal adalah
nefron. Pada manusia setiap ginjal mengandung 1-1,5 juta nefron yang pada
dasarnya mempunyai struktur dan fungsi yang sama.
Dapat dibedakan dua jenis nefron:
- Nefron kortikalis yaitu nefron yang glomerulinya terletak pada bagian luar dari korteks dengan lingkungan henle yang pendek dan tetap berada pada korteks atau mengadakan penetrasi hanya sampai ke zona luar dari medula.
- Nefron juxtamedullaris yaitu nefron yang glomerulinya terletak pada bagian dalam dari korteks dekat dengan cortex-medulla dengan lengkung henle yang panjang dan turun jauh ke dalam zona dalam dari medula, sebelum berbalik dan kembali ke cortex.
Bagian-bagian nefron
a.
Glomerolus
Suatu jaringan kapiler berbentuk
bola yang berasal dari arteriol afferent yang kemudian bersatu menuju arteriol
efferent, Berfungsi sebagai tempat filtrasi sebagian air dan zat yang terlarut
dari darah yang melewatinya.
b. Kapsula
Bowman
Bagian dari tubulus yang melingkupi
glomerolus untuk mengumpulkan cairan yang difiltrasi oleh kapiler glomerolus.
c.
Tubulus, terbagi menjadi 3 yaitu:
Tubulus
ginjal merupakan lanjutan dari kapsula Bowman. Bagian yang mengalirkan filtrat
glomerular dari kapsula Bowman disebut tubulus konvulasi
proksimal. Bagian selanjutnya adalah lengkung Henle yang
bermuara pada tubulus konvulasi
distal. Lengkung Henle diberi nama berdasar penemunya yaitu Friedrich Gustav
Jakob Henle di awal tahun 1860-an. Lengkung Henle menjaga gradien osmotik dalam pertukaran lawan
arus yang digunakan untuk filtrasi. Sel yang melapisi tubulus memiliki banyak mitokondria yang
menghasilkan ATP dan memungkinkan
terjadinya transpor aktif
untuk menyerap kembali glukosa, asam amino, dan berbagai ion mineral. Sebagian
besar air (97.7%) dalam filtrat masuk ke dalam tubulus konvulasi dan tubulus
kolektivus melalui osmosis. Cairan mengalir dari tubulus konvulasi distal ke
dalam sistem pengumpul yang terdiri dari:
- tubulus penghubung
- tubulus kolektivus kortikal
- tubulus kloektivus medularis
1.
Tubulus proksimal
Tubulus proksimal berfungsi mengadakan reabsorbsi bahan-bahan dari cairan
tubuli dan mensekresikan bahan-bahan ke dalam cairan tubuli.
2.
Lengkung Henle
Tempat lengkung Henle bersinggungan dengan arteri aferen disebut aparatus
juxtaglomerular, mengandung macula densa dan sel juxtaglomerular.
Sel juxtaglomerular adalah tempat terjadinya sintesis dan sekresi renin Cairan menjadi makin kental
di sepanjang tubulus dan saluran untuk membentuk urin, yang kemudian dibawa ke kandung kemih melewati ureter.
Lengkung
henle membentuk lengkungan tajam berbentuk U. Terdiri dari pars descendens
yaitu bagian yang menurun terbenam dari korteks ke medula, dan pars ascendens
yaitu bagian yang naik kembali ke korteks. Bagian bawah dari lengkung henle
mempunyai dinding yang sangat tipis sehingga disebut segmen tipis, sedangkan
bagian atas yang lebih tebal disebut segmen tebal.
Lengkung henle berfungsi reabsorbsi bahan-bahan dari cairan tubulus dan
sekresi bahan-bahan ke dalam cairan tubulus. Selain itu, berperan penting dalam
mekanisme konsentrasi dan dilusi urin.
3.
Tubulus distal
Berfungsi
dalam reabsorbsi dan sekresi zat-zat tertentu.
d. Duktus
pengumpul (duktus kolektifus)
Satu duktus pengumpul mungkin menerima
cairan dari delapan nefron yang berlainan. Setiap duktus pengumpul terbenam ke
dalam medula untuk mengosongkan cairan isinya (urin) ke dalam pelvis ginjal.
Sebagai
bagian dari sistem urin,
ginjal berfungsi menyaring kotoran (terutama urea) dari darah dan membuangnya bersama
dengan air dalam bentuk urin. Manusia memiliki sepasang
ginjal yang terletak di belakang perut atau abdomen.
Ginjal ini terletak di kanan dan kiri tulang
belakang, di bawah hati dan
limpa. Bagian paling luar dari
ginjal disebut korteks, bagian lebih dalam lagi
disebut medulla. Bagian paling dalam
disebut pelvis. Pada bagian medulla ginjal manusia dapat pula
dilihat adanya piramida yang merupakan bukaan saluran pengumpul. Ginjal
dibungkus oleh lapisan jaringan ikat longgar
yang disebut kapsula. Unit fungsional dasar
dari ginjal adalah nefron yang dapat berjumlah lebih
dari satu juta buah dalam satu ginjal normal manusia dewasa. Nefron berfungsi
sebagai regulator air dan zat terlarut (terutama elektrolit) dalam tubuh
dengan cara menyaring darah, kemudian mereabsorpsi cairan dan molekul yang
masih diperlukan tubuh. Molekul dan sisa cairan lainnya akan dibuang.
Reabsorpsi dan pembuangan dilakukan menggunakan mekanisme pertukaran lawan arus
dan kotranspor. Hasil akhir yang kemudian diekskresikan disebut urin. Sebuah nefron terdiri dari
sebuah komponen penyaring yang disebut korpuskula (atau badan Malphigi) yang
dilanjutkan oleh saluran-saluran (tubulus). Setiap korpuskula mengandung
gulungan kapiler darah yang disebut glomerulus yang berada dalam kapsula Bowman. Setiap
glomerulus mendapat aliran darah dari arteri aferen. Dinding kapiler
dari glomerulus memiliki pori-pori untuk filtrasi atau penyaringan. Darah dapat
disaring melalui dinding epitelium tipis yang berpori dari glomerulus dan
kapsula Bowman karena adanya tekanan dari darah yang mendorong plasma darah.
Filtrat yang dihasilkan akan masuk ke dalan tubulus ginjal. Darah yang telah
tersaring akan meninggalkan ginjal lewat arteri eferen. Di antara darah
dalam glomerulus dan ruangan berisi cairan dalam kapsula Bowman terdapat tiga
lapisan:
1. kapiler
selapis sel endotelium pada glomerulus
2. lapisan
kaya protein sebagai membran dasar
3. selapis
sel epitel melapisi dinding kapsula Bowman (podosit)
Dengan bantuan
tekanan, cairan dalan darah didorong keluar dari glomerulus, melewati ketiga
lapisan tersebut dan masuk ke dalam ruangan dalam kapsula Bowman dalam bentuk
filtrat glomerular. Filtrat plasma darah tidak mengandung sel darah ataupun
molekul protein yang besar. Protein dalam bentuk molekul kecil dapat ditemukan
dalam filtrat ini. Darah manusia melewati ginjal sebanyak 350 kali setiap hari
dengan laju 1,2 liter per menit, menghasilkan 125 cc filtrat glomerular per
menitnya. Laju penyaringan glomerular ini digunakan untuk tes diagnosa fungsi
ginjal.
Jaringan ginjal.
Warna biru menunjukkan satu tubulus
Ginjal mengatur
pH, konsentrasi ion mineral, dan komposisi air dalam darah. Ginjal
mempertahankan pH plasma darah pada kisaran 7,4 melalui pertukaran ion
hidronium dan hidroksil. Akibatnya, urine yang dihasilkan dapat bersifat asam
pada pH 5 atau alkalis pada pH 8. Kadar ion natrium dikendalikan melalui sebuah
proses homeostasis yang melibatkan aldosteron untuk
meningkatkan penyerapan ion natrium pada tubulus konvulasi. Kenaikan atau
penurunan tekanan osmotik darah karena kelebihan atau kekurangan air akan
segera dideteksi oleh hipotalamus
yang akan memberi sinyal pada kelenjar pituitari dengan umpan balik negatif.
Kelenjar pituitari mensekresi hormon antidiuretik (vasopresin,
untuk menekan sekresi air) sehingga terjadi perubahan tingkat absorpsi air pada
tubulus ginjal. Akibatnya konsentrasi cairan jaringan akan kembali menjadi 98%.
Ginjal
mendapat suplai kebutuhan darah dari arteri renalis (cabang aorta) yang
selanjutnya akan bercabang membentuk arteri interlobaris. Pada perbatasan
cortex dengan medula arteri interlobaris akan berbelok membentuk arteri arcuata
lalu bercabang menjadi arteri interlobaris. Arteri ini akan membentuk cabang
vas afferent yang diameternya labih kecil dari vas afferet. Hal ini menyebabkan
tekanan daarah di glomerulus dapat diperhatikan untuk tetap tinggi sehingga
memungkinkan adanya proses filtrasi.
Vas efferent selanjutnya bercabang lagi
membentuk kapiler peritubuler disekita tubulus contortus. Kapiler-kapiler ini
akan bersatu membentuk venainterbularis kemudian bergabung menjadi vena
arcuata. Beberapa vena arcuata akan
bergabung membentuk vena interlobaris yang selanjutnya yang selanjutnya akan
bergabung dengan sesamanya membentuk vena renalis kelur melalui hilus ginjal
dan bergabung dengan vena dari organ lain membentuk vena cava inferior menuju
serambi kanan jantung.
Vas efferent dari nefron juxtmeduler
membentuk suatu pembuluh yang disebut vasa recta yang akan masuk ke dalam
bagian medula ginjal mengikuti bagian descendes loop membentuk huruf U kemudian
naik kembali dan bergabung dengan vena interlobularis di cortex ginjal. Adanya
susunan vasa recta sangat erat kaitannya dengan konservasi cairan tubuh.
Setiap
menit akan mengalir sejumlah 1060 ml darah (1/5 cardic out put) menuju ke 2
ginjal melalui arteri renalis. Dari jumlah
tersebut darah yang akan kembali melalui vena renalis sejumlah 1059 ml
sedangkan sisanya sebesar 1 ml akan keluar sebagai urin.
2. Ureter
Ureter adalah suatu saluran muskuler berbentuk
silinder yang menghantarkan urin
dari ginjal menuju kandung kemih. Panjang
ureter adalah sekitar 20-30 cm dengan diameter maksimum sekitar 1,7 cm di dekat
kandung kemih dan berjalan dari hilus ginjal menuju kandung
kemih. Ureter dibagi menjadi pars abdominalis, pelvis,dan intravesikalis.
Kedua ureter
merupakan saluran yang panjangnya sekitar 10-12 inci (25 ningga 30 cm),
terbentang dari ginjal sampai vesica urinaria. Fungsi ureter menyalurkan urine
ke vesica urinaria. Vesica urinaria merupakan kantong berotot yang dapat
mengempis, terletak dibelakang simfisis pubis.
Fungsi
vesica urinaria: (1) Sebagai tempat penyimpanan urine, dan (2) mendorong urin
keluar dari tubuh.
Secara histologik ureter terdiri atas lapisan
mukosa, muskularis dan adventisia. Lapisan mukosa terdiri atas epitel
transisional yang disokong oleh lamina propria. Epitel transisional ini
terdiri atas 4-5 lapis sel. Sel permukaan bervariasi dalam hal bentuk mulai
dari kuboid (bila kandung kemih kosong atau tidak teregang) sampai gepeng (bila
kandung kemih dalam keadaan penuh/teregang). Sel-sel permukaan ini mempunyai
batas konveks (cekung) pada lumen dan dapat berinti dua. Sel-sel permukaan ini
dikenal sebagai sel payung. Lamina propria terdiri atas jaringan fibrosa yang
relatif padat dengan banyak serat elastin. Lumen pada potongan melintang tampak
berbentuk bintang yang disebabkan adanya lipatan mukosa yang memanjang. Lipatan
ini terjadi akibat longgarnya lapis luar lamina propria, adanya jaringan
elastin dan muskularis. Lipatan ini akan menghilang bila ureter diregangkan. Lapisan
muskularisnya terdiri atas atas serat otot polos longitudinal disebelah dalam
dan sirkular di sebelah luar (berlawan dengan susunan otot polos di saluran
cerna). Lapisan adventisia atau serosa terdiri atas lapisan jaringan ikat
fibroelsatin. Fungsi ureter adalah meneruskan urin yang diproduksi oleh ginjal
ke dalam kandung kemih. Bila ada batu disaluran ini akan menggesek lapisan
mukosa dan merangsang reseptor saraf sensoris sehingga akan timbul rasa nyeri
yang amat sangat dan menyebabkan penderita batu ureter akan berguling-gulung,
keadaan ini dikenal sebagai kolik ureter.
Beberapa calyx
mayor akan bergabung menjadi pelvis yang kemudian akan turun ke bawah membentuk
suatu saluran sepanjang 24-29 cm yang disebut ureter. Organ ini merupakan
penghubung antara ginjal dengan kandung kemih (bladder).
Struktur
mikroskopis ureter adalah sebagai berikut:
1.
Tunica fibrosa, merupakan bagian terluar
yang terdiri dari jaringan fibrosa yang melekat dengan peritonium parietalis
2.
Tunica muscalaris, merupakan bagian
tengah yang terdiri dari otot-otot polos yang berfungsi membentuk gerakan
peristaltik untuk mentranfortasikan urin dari ginjal menuju bladder
3.
Tunica mucosa, merupakan lapisan bagian
dalam yang terdiri dari lapisan epitel transisional yang dapat mensekresikan
lendir untuk melindungi sel-sel epitel dari gejala iritasi akibat urin yang
bersifat asam.
3. Kandung
Kemih
Kandung kemih merupakan tempat berkumpulnya semua air
kemih yang terpancar dari saluran ginjal. Dinding kandung kemih yang terdiri
atas jaringan otot polos dapat menyesuaikan
diri terhadap banyaknya air kemih di dalam kandung
kemih, karena dapat mengendor apabila diisi perlahan-lahan dengan air kemih. Kandung
kemih terdiri atas lapisan mukosa, muskularis dan serosa/adventisia. Mukosanya
dilapisi oleh epitel transisional yang lebih tebal dibandingkan ureter (terdiri
atas 6-8 lapis sel) dengan jaringan ikat longgar yang membentuk lamina propria
dibawahnya. Tunika muskularisnya terdiri atas berkas-berkas serat otot polos
yang tersusun berlapis-lapis yang arahnya tampak tak membentuk aturan tertentu.
Di antara berkas-berkas ini terdapat jaringan ikat longgar. Tunika
adventisianya terdiri atas jaringan fibroelastik. Fungsi kandung kemih adalah
menampung urin yang akan dikeluarkan kedunia luar melalui uretra.
Bagianvesika urinaria terdiri dari :
1.
Fundus, yaitu bagian yang
mengahadap kearah belakang dan bawah, bagian ini terpisah dari rektum oleh
spatium rectosivikale yang terisi oleh jaringan ikat duktus deferent, vesika
seminalis dan prostate.
2.
Korpus, yaitu bagian
antara verteks dan fundus.
3.
Verteks, bagian yang maju kearah muka dan
berhubungan dengan ligamentum vesika umbilikalis.
Dinding kandung kemih
terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritonium (lapisan sebelah luar), tunika
muskularis, tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).
Proses Miksi (Rangsangan Berkemih).
Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stres reseptor yang terdapat pada dinding kandung kemih dengan jumlah ± 250 cc sudah cukup untuk merangsang berkemih (proses miksi). Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi dinding kandung kemih, dan pada saat yang sama terjadi relaksasi spinser internus, diikuti oleh relaksasi spinter eksternus, dan akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih. Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan relaksasi spinter interus dihantarkan melalui serabut – serabut para simpatis. Kontraksi sfinger eksternus secara volunter bertujuan untuk mencegah atau menghentikan miksi. kontrol volunter ini hanya dapat terjadi bila saraf – saraf yang menangani kandung kemih uretra medula spinalis dan otak masih utuh.
Proses Miksi (Rangsangan Berkemih).
Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stres reseptor yang terdapat pada dinding kandung kemih dengan jumlah ± 250 cc sudah cukup untuk merangsang berkemih (proses miksi). Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi dinding kandung kemih, dan pada saat yang sama terjadi relaksasi spinser internus, diikuti oleh relaksasi spinter eksternus, dan akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih. Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan relaksasi spinter interus dihantarkan melalui serabut – serabut para simpatis. Kontraksi sfinger eksternus secara volunter bertujuan untuk mencegah atau menghentikan miksi. kontrol volunter ini hanya dapat terjadi bila saraf – saraf yang menangani kandung kemih uretra medula spinalis dan otak masih utuh.
Bila terjadi kerusakan
pada saraf – saraf tersebut maka akan terjadi inkontinensia urin (kencing
keluar terus – menerus tanpa disadari) dan retensi urine (kencing tertahan).
Persarafan dan peredaran
darah vesika urinaria, diatur oleh torako lumbar dan kranial dari sistem
persarafan otonom. Torako lumbar berfungsi untuk relaksasi lapisan otot dan kontraksi spinter interna.
Peritonium melapis kandung kemih sampai kira – kira perbatasan ureter masuk kandung kemih. Peritoneum dapat digerakkan membentuk lapisan dan menjadi lurus apabila kandung kemih terisi penuh. Pembuluh darah Arteri vesikalis superior berpangkal dari umbilikalis bagian distal, vena membentuk anyaman dibawah kandung kemih. Pembuluh limfe berjalan menuju duktus limfatilis sepanjang arteri umbilikalis.
Peritonium melapis kandung kemih sampai kira – kira perbatasan ureter masuk kandung kemih. Peritoneum dapat digerakkan membentuk lapisan dan menjadi lurus apabila kandung kemih terisi penuh. Pembuluh darah Arteri vesikalis superior berpangkal dari umbilikalis bagian distal, vena membentuk anyaman dibawah kandung kemih. Pembuluh limfe berjalan menuju duktus limfatilis sepanjang arteri umbilikalis.
Disebut
juga bladder atau vesica urinaria, merupakan suatu organ berongga yang
digunakan untuk menampung dan menyimpan urin yang di produksi oleh ginjal. Organ
ini berada dalam rongga panggul. Pada wanita organ ini terletak antara
vagina/uterus dan simfisis pubis sedangkan pada pria terletak antara simfisis
pubis dan rektum. Vesica urinaria memiliki untuk mengembang bila terisi penuh
oleh urin.
Struktur mikroskopis vesica urinaria
ialah sebagai berikut;
1. Tunica
serosa, merupakan membrana serosa (peritonium) yang melapisi bagian atas vesica
urinaria.
2. Tunica
muscularis,merupakan lapisan otot polos yang di sebut muscular detrusor yang bertfungsi untuk menekan urin keluar
dari kandung kemih agar proses buang air kecil menjadi lancar. Musculus
detrusor merupakan lapisasn paling tebal yang memiliki 3 lapisan otot yaitu
spiral,sirkuler dan longitudinal. Bagian konsirkuler di sekitar saluran urethramembentuk
musculus sphinkter vesica interna yang bersifat tak sadar. Otot ini secara
refleks akan berkontraksi jika kandung
kemihkosong dan berelaksibila kandung kemih penuh. Tepat di bawahnya terdapat
otot lain yaitu musculus sphinkter vesica eksterna yang terdiri dari otot lurik
sehingga bersifat sadar.
3. Lapisan
sub mukosa yang terdiri dari jaringan
ikat, berfungsi untuk mengokohkan posisi kandung kemih.
4. Lapisan
mukosa, terdiri dari lapisan sel epitel transisional yang memiliki daya
elastisitas tinggi.
Pada dasar
kandung kemih terdapat suatu segitiga yang agak datar di sebut trigonum vesicae.
4. Uretra
Uretra
merupakan saluran yang urin dari vesika urinaria ke meatus uretra, untuk
dikeluarkan ke luar tubuh. Uretra pada pria memiliki fungsi ganda, yaitu
sebagai saluran urin & saluran untuk semen dari organ reproduksi. Panjang
uretra pria kira-kira 23 cm & melengkung dari kandung kemih ke luar tubuh,
melewati prostate dan penis. Sedangkan uretra pada wanita lurus & pendek,
berjalan secara langsung dari leher kandung kemih ke luar tubuh. Pada wanita,
panjang uretra sekitar 2,5 sampai 4 cm dan terletak di antara klitoris dan pembukaan vagina. Pria memiliki uretra
yang lebih panjang dari wanita. Artinya, wanita lebih berisiko terkena infeksi
kantung kemih atau sistitis dan infeksi saluran kemih.
Dalam
anatomi, uretra adalah saluran yang
menghubungkan kantung kemih ke lingkungan luar tubuh. Uretra
berfungsi sebagai saluran pembuang baik pada sistem kemih atau ekskresi dan
sistem seksual. Pada pria, berfungsi juga dalam sistem reproduksi sebagai
saluran pengeluaran air mani.
Uretra
pria dibagi atas dua bagian, yaitu uretra anterior & uretra posterior.
Uretra anterior dibagi menjadi uretra bulbaris, penil, & glandular. Fosa
navikularis ialah dilatasi distal kecil dalam uretra glandular. Uretra anterior
dikelilingi oleh badan erektil, korpus spongiosum. Glandula bulbourethralis
(glandula Cowper) terletak pada diafragma urogenitalis & bermuara ke dalam
uretra bulbaris. Uretra penil dilapisi oleh banyak kelenjar kecil, glandula
Littre. Uretra posterior terdiri dari uretra pars membranasea & prostatika.
Uretra pars prostatika terbentang dari vesika urinaria ke uretra pars
membranasea, serta mengandung verumontanum (daerah meninggi pada bagian distal
basis uretra pars prostatika yang dibentuk oleh masuknya duktus ejakulatorius
dan utrikulus, yang merupakan sisa duktus Muller). Uretra juga dapat dibagi
atas tiga bagian, antara lain uretra prostatika, uretra membranasea, dan uretra
spongiosa. Uretra prostatika dimulai dari leher vesika urinaria dan termasuk
juga bagian yang melewati kelenjar prostat. Uretra prostatika merupakan bagian
yang paling lebar diantara bagian uretra lainnya. Uretra membranasea adalah
uretra yang terpendek dan paling sempit dengan panjang sekitar 12-19 mm. Pada
uretra membranasea terdapat spingter uretra eksterna, yang berfungsi dalam
pengaturan keluar urin yang dikendalikan secara voluntar. Uretra spongiosa
adalah uretra yang terpanjang, kira-kira 150 mm, yang di mulai dari porsio
membranasea melewati korpus spongiosum dan berakhir di glan penis.
Gambar saluran
kemih laki-laki dan perempuan dengan ginjal, ureter, kandung kemih, prostat
(pria), dan urethra berlabel.
Apabila
jumlah urin dalam kandung kemih sebesar > 200 ml maka reseptor peregangan
(strecht receptor) yang terdapat pada dinding kandung kemih akan terangsang.
Impuls akan terbentuk dan menjalar masuk ke dalam bagian sacrum medulaspinalis.
Impuls akan naik ke otak membentuk kesadaran untuk ingin kencing. Impuls juga
bisa diteruskan ke sel-sel preganglionik prasimpatis yang menimbulkan refleks
yang menyebabkan musculus detrusor berkontraksi dan musculus sphinkter vesica
interna berelaksasi.
Apabila
musculus sphinkter vesica eksterna yang berada di bawah kesadaran juga
berelaksasi maka terjadilah peristiwa buang air kecil. Namun bila kita
menyadari bahw saat tersebut belum ppstut untuk kencing mka otak akan
mengirimkan impuls motorik yang menyebabkan musculus sphinkter vesica eksterna
tetap berkontraksi sehingga proses untuk kencing ditahan. Sangatlah sulit untuk
melakukan kontraksi pada musculus sphinkter vesica eksterna saat peristiwa
kencing tengah berlangsung.
Kontraksi
dari otot-otot dinding perut (mengendan) akan meningkatkan tekanan dalam rongga
perut dapat membantu proses buang air kecil. Maka tidklah heran apabila kita
buang air besar selalu diikuti dengan kencing. Demikian uga dengan ibu hamil
yang selalu ingin kencing akibat meningkatnya tekanan rongga perut akibat
desakan janin dalam rahim terhadap
bladder.
Bayi
dan orang tua sering ngompol disebabkan oleh belum sempurnanya penguasaan bayi
terhadap kontrol musculus sphinkter vesica eksterna sedangkan pada orang tua
lebih disebabkan oleh adanya kerusakan pada sistem syaraf. Jumlah air kemih 250
cc sudah cukup merangsang stress reseptor dinding vesica urinaria.
B. Fisiologi Sistem Urinaria
Tahap pertama dalm fisiologi sistem urinaria adalah
proses pembentukan urin oleh ginjal. Proses ini sebenarnya memiliki fungsi
selain untuk menjaga “kebersihan” darah juga untuk mempertahankan komposisi
cairan kimia tubuh.
Ginjal
mempertahankan susunan kimia cairan tubuh melalui beberapa proses yaitu:
(1) filtrasi glomerulus, yaitu
filtrasi plasma darah oleh glomerulus, Filtrasi terjadi pada kapiler glomerulus pada kapsul Bowman. Pada
glomerulus terdapat sel-sel endotelium kapiler yang berpori (podosit) sehingga
mempermudah proses penyaringan. Beberapa faktor yang mempermudah proses
penyaringan adalah tekanan hidrolik dan permeabilitias yang tinggi pada
glomerulus. Selain penyaringan, di glomelurus terjadi pula pengikatan kembali
sel-sel darah, keping darah, dan sebagian besar protein plasma. Bahan-bahan
kecil terlarut dalam plasma, seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium,
klorida, bikarbonat, garam lain, dan urea melewati saringan dan menjadi bagian
dari endapan.
(2) reabsorbsi tubular, melakukan reabsorbsi
(absorbsi kembali) secara selektif zat-zat seperti garam, air, gula sederhana,
asam amino dari tubulus ginjal ke kapiler peritubular,
Penyerapan
Kembali ( Reabsorbsi ) Volume urin manusia hanya 1% dari
filtrat glomerulus. Oleh karena itu, 99% filtrat
glomerulus akan direabsorbsi secara aktif pada tubulus kontortus proksimal, Di Tubulus Contortus Proximal inilah terbentuk urine primer
atau dikenal dengan filtrat glomerulus Urine
setelahnya terjadi penambahan zat-zat sisa serta urea pada tubulus kontortus
distal Substansi yang masih berguna seperti
glukosa dan asam amino darah dikembalikan ke darah. Sisa sampah kelebihan garam, dan bahan lain pada filtrate
dikeluarkan dalam urin. Tiap hari tabung ginjal mereabsorbsi
lebih dari 178 liter air, 1200 g garam, dan 150 g glukosa. Sebagian besar dari zat-zat ini direabsorbsi beberapa kali. Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan
urin sekunder yang komposisinya sangat berbeda dengan urin primer. Pada urin sekunder, zat-zat yang
masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa metabolisme yang
bersifat racun bertambah, misalnya ureum dari 0,03′, dalam urin primer dapat
mencapai 2% dalam urin sekunder. Meresapnya
zat pada tubulus ini melalui dua cara. Gula dan asam mino meresap melalui
peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa osmosis. Reabsorbsi air terjadi pada tubulus kontortus proksimal dan
tubulus distal.
NEFRON
Yang ada pada gambar itu ada di Ginjal , Simpai Bowman dan Glomerulus yang
seperti mangkuk itu ada di Kortex Ginjal , saluran TCP / TCD Gelung Henle nya
ada di Medula Ginjal , dan Tubulus Kolektivus sebagai muara akhir yang masuk ke
Pelvis renalis rongga ginjal.
Sebuah
ginjal tersusun atas kurang lebih satu juta nefron. Nefron adalah unit penyaring terkecil ginjal. Satu nefron tersusun atas glomerulus, Simpai Bowman, saluran
berkelok-kelok, Ansa Henle, dan saluran pengumpul ginjal. Air, gula, garam, dan zat sampah dari darah masuk ke nefron. Saat masuk nefron, darah bertekanan
tinggi. Darah dengan cepat mengalir ke
kapiler dalam nefron. Kumpulan kapiler dalam nefron
disebut glomerulus (jamak = glomeruli) yang ditemukan di bagian korteks. Karena tekanan darah yang tinggi
maka air, glukosa, vitamin, asam amino, protein berukuran kecil, urea, asam
urat, garam, dan ion akan menembus kapiler masuk ke bagian nefron yang disebut
Simpai Bowman. Simpai Bowman adalah bangunan berbentuk mangkuk yang melingkupi
glomerulus. Dalam proses ini sel-sel darah dan
sebagian besar protein tidak bisa menembus dinding kapiler karena terlalu besar. Akibatnya sel-sel darah dan protein tertinggal dalam
kapiler. Cairan dalam Simpai Bowman mengalir ke saluran berkelok-kelok dan Ansa
Henle. Ansa Henle adalah saluran sempit
berbentuk U. Selama cairan berada di sepanjang
saluran-saluran ini, sebagian besar ion, air, dan semua glukosa, asam amino,
dan protein berukuran kecil diserap kembali ke dalam aliran darah. Proses penyerapan kembali zat-zat
yang masih dipergunakan tubuh ini disebut reabsorbsi. Molekul kecil seperti air diserap kembali ke kapiler secara
difusi. Difusi merupakan gerakan molekul zat
dari tempat yang berkonsentrasi tinggi ke tempat yang berkonsentrasi rendah. Zat lain misalnya ion, dikembalikan
ke kapiler dengan cara transport aktif. Transport
aktif adalah gerakan molekul dari satu larutan ke larutan lain dengan
menggunakan energi. Kapiler-kapiler yang berisi zat yang
diserap kembali kemudian bersatu membentuk vena kecil. Vena-vena
kecil bersatu membentuk vena ginjal. Vena
ginjal mengembalikan darah yang sudah disaring ke sistem peredaran. Di samping peristiwa di atas, di
dalam saluran pengumpul terjadi proses lain yaitu masuknya zat-zat sampah dari
pembuluh darah. Zat-zat sampah merupakan zat sampah
yang masih tersisa di dalam pembuluh darah saat filtrasi. Dengan proses ini urin di dalam saluran pengumpul lebih
pekat lagi. Sesudah
penyerapan kembali, cairan yang tersisa dalam saluran merupakan cairan zat sisa
(disebut urin) yang mengandung garam dan zat sampah lain. Urin kemudian mengalir ke saluran pengumpul ginjal yang
terletak di bagian medula. Keseluruhan
proses penyaringan cairan dalam ginjal bisa dilihat pada Gambar Nefron Yang Salah satunya menunjukkan proses
Reabsorbsi.
Urin dalam masing-masing saluran pengumpul mengalir ke suatu
daerah berbentuk seperti cerobong asap, yang disebut pelvis atau piala ginjal. Saluran ini kemudian berlanjut ke
ureter. Ureter adalah saluran yang
berpangkal dari ginjal menuju kantung kemih. Kantung kemih adalah kantung berotot yang menyimpan urin. Dalam kantung kemih urin disimpan
sementara hingga dikeluarkan dari tubuh; selanjutnya urin disalurkan ke uretra
untuk dialirkan ke luar tubuh. Jumlah
urin yang keluar tergantung pada jumlah cairan yang diminum dan volume cairan
yang dikeluarkan. Orang dewasa ratarata menghasilkan
urin sekitar 1 liter tiap hari.
(3) sekresi
tubular, seleksi zat
–zat dari kapiler kedalam lumen tubulus. Proses sekresi ini mengikutsertakan
penahanan kalium, asam urat, amino organik dan ion hidrogen, yng berfungsi
untuk memperbaiki komponen bufeer darah dan mengeluarkan zat-zat yang mungkin
merugikan.
Filtrasi terjadi karena adanya
tekanan filtrasi yang merupakan selisih tekanan hidrostatik (tekanan darah
kapiler gloomerular) dengan tekanan osmotik koloid plasma dan tekanan
hidrostatik cairan dalam kapsul bowman. Dengan proses filtrasi ini akan
terbentuk ultra fitrat yang disebut juga urin primer. Melalui reabsorbsi
tubular dan reaksi tuubular maka urin primer ini akan di ubah menjadi urin yang
akan siap di buang. Komponen urin dapat bervariasi tergantung pada mekanisme
regulasi momeostatik untuk meminimumkan atau mencegah perubahan komposisi
cairan ekstra seluler (CES) dengan merubah air dan berbagai zat terlarut
spesifik di dalam urin. Manusia mampu memproduksi urin yang isotonis, hipotonis, atau hipertnonis terhadap
darahnya. Maksudnya adalah jika seseorang memproduksi urin yang normal maka
dikatakan urin isotonis, dan jika seseorang memproduksi urin yang encer maka
dikatakan urin hipotonis, dan jika seseorang memproduksi urin yang pekat maka
dikatakan urin hipertonis. Kemampuan memproduksi urin yang hipotonis adalah
sangat penting untuk menjaga
keseimbangan air di dalam tubuh.
·
Filtrasi glomerulus
Filtrasi terjadi pada kapiler glomerulus pada kapsul
Bowman. Pada glomerulus terdapat sel-sel endotelium kapiler yang berpori
(podosit) sehingga mempermudah proses penyaringan. Beberapa faktor yang
mempermudah proses penyaringan adalah tekanan hidrolik dan permeabilitias yang
tinggi pada glomerulus. Selain penyaringan, di glomelurus terjadi pula
pengikatan kembali sel-sel darah, keping darah, dan sebagian besar protein
plasma. Bahan-bahan kecil terlarut dalam plasma, seperti glukosa, asam amino,
natrium, kalium, klorida, bikarbonat, garam lain, dan urea melewati saringan
dan menjadi bagian dari endapan.
Dalam proses ini, darah dalam glomerulus yang
mengandung air, garam, gula, urea dan zat-zat lain akan melewati pori
glomerulus, kecuali yang bermolekul besar seperti sel darah merah dan protein.
Hasil penyaringan (filtrat), ditampung dalam kapsul Bowman dan disebut filtrat
glomerulus atau urine primer. Jadi, cairan yang berada pada kapsul Bowman sama
dengan cairan darah dikurangi sel darah merah dan molekul protein. Dalam
keadaan normal, akan diproduksi 125 cc/menit cairan filtrat dari kedua ginjal.
Hasil penyaringan di glomerulus berupa filtrat
glomerulus (urin primer) yang komposisinya serupa dengan darah tetapi tidak
mengandung protein. Pada filtrat glomerulus masih dapat ditemukan asam amino,
glukosa, natrium, kalium, dan garamgaram lainnya.
Proporsi keluaran jantung (curah jantung) yang
mensuplai ginjal menurut wetterer kurang lebih sebanyak 20 %. Keluaran jantung
manusia pada posisi terlentang istirahat
rata-rata kurang lebih 5,5 1/ menit – 6 1/menit. Dari aliran darah tersebut
dapat diketahui tentang mekanisme pembentukan urin.
Renal plasma flow (rpf) adalah jumlah plasma yang
melewati ginjal dalam waktu 1 menit. Pada manusia normal rpf sebesar 600
ml/menit. Renal blod flow (rbf) adalah jumlah darah yang melewati ginjal dalam
waktu 1 menit.
Pada manusia normal rbf sebesar 1200 ml/menit (kurang
lebih 20% dari keluaran jantung). Filtrasi terjadi karena adanya perbedaan
tekanan hidrostatik (tekanan darah) dan tekanan onkotik (tekanan osmotic
plasma) sebesar 40 mmHg. Tekanan hidrostatik 65 mmHg, tekanan onkotik 25 mmHg.
Glomelular filtration rate (gfr) adalah jumlah filtrat yang terjadi dalam 1
menit. Pada manusia normal gfr sebesar 120 ml/menit. Filtration fraction adalah
gfr dibagi rpf 120/600 = 0.2 (20%).
Fraksi filtrasi ini menunjukkan pada persen plasma
yang memasuki nefron yang sebenarnya menjadi filtrat glomelurus. Filtrat yang
terjadi dari filtrasi glomeruli ini disebut glomerular ultra filtra, disebut
juga sebagai urin primer. Filtrat glomerulus adalah cairan ekstra sel yang
bebas protein atau filtrat seluruh darah yang bebas protein sel.
·
Kerja Tubulus
Susunan urin
sangat berbeda dari filtrat glomerulus. Terdapat perbedaan yang sangat besar
antara volume cairan yang dibentuk pada glomerulus tiap menit dan jumlah yang
sampai di papilla dalam waktu yang sama. Glomerulus hanya berperan sebagai
saringan. Susunan filtrate glomerulus ditentukan oleh permeabilitas membrane
kapiler terhadap zat-zat dari darah,
sehingga filtrate glomerulus masih banyak mengandung zat yang penting untuk metabolism
normal, seperti air, asam amino, glukosa dan elektrolit dan senyawa yang harus
dieksresi dan dibuang yaitu urea, kreatinin, asam urat. Sejumlah zat-zat
esensial ditahan sesuai kebutuhan untuk mempertahankan lingkungan internal.
Fungsi ginjal yang sangat selektif adalah tugas tubulus dengan cara absorpsi
dan sekresi yang akan mengubah filtrate glomerulus menjadi urin yang siap
dibuang. Di dalam tubulus prosimalis, tubulus distal dan tubulus koligen, Na –
K ATPase. Klorida serta air mengikuti secara pasif untuk memprtahankan
keseimbangan listrik dan osmotic. Kecepatan selut dan air bergerak ke dalam kapiler dari ruang interstial lateral
dan dan sel interstial ditentukan oleh tenaga starlin. Sedangkan yang
menentukan gerakan melintas dinding dari semua kapiler, yaitu tekanan
hidrostatik dan osmotic di dalam interstisium dan kapiler. N di transport aktif
keluar dari semua tubulus renalis kecuali pada lengkung Henle tipis.
Glukosa, asam
amino dan bikarbonat direabsorpsi bernama Na tmbah di dalam bagian awal
tubullus proksimal. Selanjutnya di sepanjang tubulus, Na tmbah diserap bersama
CL. Glukosa adalah senyawa yang disingkirkan dari urin oleh transport aktif
sekunder, melalui filtrasi dengan kecepatan kurang lebih 100 mg/menit. Semua
glukosa direapsorpsi sebanding dengan jumlah dengan yang difiltrasi sebab kadar
glukosa plasma (PG) dikali gfr mengimbangi transport maksimum glukosa (tmg),
tetapi jika tmg dilebihi maka jumlah glukosa dalam urin meningkat. Tmg kurang
lebih 375 mg/menit untuk laki-laki dan 300 mg/menit untuk perempuan. Beberapa senyawa
yang ditransport aktif sekunder misalnya asam amino, laktat, sitrat, fosfat, H
tmbah, dan CL krang, keratin, sulfat, asam urat, asam askorbat, benda-benda
keton, asetoasetat dan a – hidroksibutirat. Kebanyakan mekanisme transport
aktif yang bertanggung jawab bagi solute khusus dalam tubulus proksimal.
Senyawa lain
yang dieksresikan oleh tubulus turunan dari asam para aminohipurat, merah fenol
dan warna sulfonftalein, penisilin dan berbagai zat warna diyodinasi seperti
yudopiraset (diodrast) aktif disekresi kedalam cairan tubulus. Yang dihasilkan
didalam badan disekresi oleh tubulus yaitu dari berbagai eter sulfat, steroid,
glukoronida, 5-hidroksi indolasetat, metabolit utama serotonim dan obat-obatan
tertentu yang merupakan basa organic juga EDTA (etilindiamintetraasetat).
·
Mekanisme pengeceran dan pemekatan urin
Mekanisme
pengenceran urin di pengaruhi oleh ADH (anti duretik hormon) dan aldosteron.
ADH dan aldosteron menyebabkan meningkatnya permeabilitas tubulus sehingga akan
meningkatkan reabsorsi air. Hal ini akan menyebabkan volume urin menurun.
Apabila ADH jumlahnya menurun, maka reabsorsi air menurun akibatnya jumlah urin
meningkat. Hal-hal yang menyebabkan ADH naik.: Maningkatkan asmolalitas plasma
dan Penurunan volume dan tekanan darah. Sedangkan hal-hal yang menyebabkan ADH
turun: Penurunan asmolalitas plasma dan Peningkatan volume dan tekanan darah.
Sebaliknya
menguji kemampuan tubuli untuk mengeluarkan air yang sengaja diberikan
berlebihan. Berat jenis awal dari urin harus lebih besar dari 1,022 dan
kemudian paling encer 1,003. Tes ini lebih memberatkan penderita dan juga
hasilnya tidak sepeka percobaan uji pemekatan sehingga kurang dipakai.
Osmolalitas urin normal adalah 800--1300 mOsm/1. Tes ini cukup teliti dan berbeda dengan berat jenis ia tidak
dipengaruhi oleh glukosa, protein dan suhu urin 3,5,6,7,10,12,13 Dengan mengukur osmolalitas urin
dan plasma serta diuresis dapat dihitung clearance osmol. Diuresis
dikurangi clearance osmol merupakan clearance air
bebas (free water clearance=FWC). FWC positif
menandakan hipostenuria, negatif berarti hiperstenuria dan 0 berarti
isostenuria.Pada tes ekskresi ion H+ diuji kemampuan ginjal
untuk mengatur keseimbangan asam-basa cairan badan yang dicerminkan dengan pH
urin, ekskresi amonium, asam yang dapat dititrasi, dan dalam beberapa keadaan
ekskresi bikarbonat. Secara umum kegagalan ginjal mengeluarkan ion H+ terjadi
karena kegagalan ekskresi H+ atau amonium di satu pihak yaitu RTA (acidosis tubular
renal) distal atau gradient RTA atau kegagalan reabsorpsi bikarbonat di pihak
lain yaitu RTA proksimal ataubicarbonate-wasting RTA. Secara praktis dapat dinilai dari penetapan
bikarbonat plasma dan pH urin segar setelah beban asam.5,13 Countercurrent multiplier system terdapat di lengkung Henle, suatu bagian nefron
yang panjang dan melengkung dan terletak di antara tubulus proximal dan distalis. Sistem multiplikasi tersebut memiliki lima langkah dasar dan bergantung pada transport aktif natrium (dan Klorida) keluar pars ascenden lengkung. Sistem tersebut juga bergantung pada impermeabilizas relatif bagian lengkung ini terhadap air yang menjaga agar air tidak mengikuti natrium keluar. Akhirnya sistem ini mengandalkan permeabilizas duktus-duktus pengumpul terhadap air.
yang panjang dan melengkung dan terletak di antara tubulus proximal dan distalis. Sistem multiplikasi tersebut memiliki lima langkah dasar dan bergantung pada transport aktif natrium (dan Klorida) keluar pars ascenden lengkung. Sistem tersebut juga bergantung pada impermeabilizas relatif bagian lengkung ini terhadap air yang menjaga agar air tidak mengikuti natrium keluar. Akhirnya sistem ini mengandalkan permeabilizas duktus-duktus pengumpul terhadap air.
Langkah-langkah
pada Countercurrent Multiplier System
1. sewaktu natrium ditransportasikan keluar pars
ascendens, cairan interstisium yang melingkupi lengkung henle menjadi pekat.
2. air tidak dapat mengikuti natrium keluar pars
ascendens. Filtrat yang tersisa secara progresif menjadi encer.
3. pars ascendens lengkung bersifat permeable terhadap
air. Air meninggalkan bagian ini dan mengalir mengikuti gradien konsetrasi
kedalam ruang intersisium. Hal ini menyebabkan pemekatan cairan pars
descendens. Sewaktu mengalir ke pas ascendens, cairan mengalami pengenceran
progresif karena natrium dipompa keluar.
4. hasil akhir ádalah pemekatan cairan interstisium di
sekita rlengkung henle. Konsentrasi tertinggi terdapat di daerah yang
mengelilingi bagian bawah lengkung dan menjadi semakin encer mengikuti pars asendens.
5. dibagian puncak pars asendens lengkung, cairan
tubulus bersifat isotonik atau bahkan bersifat hipotonik. (Corwin, 2000).
Hasil dari
Countercurrent Multiplier System
Permeabilizas duktus pengumpul terhadap air
bervariasi. Apabila permeabilizas terhadap air tinggi, maka sewaktu bergerak ke bawah
melalui interstisium yang pekat, air akan berdifusi
keluar duktus pengumpul dan kembali ke dalam kapiler peritubulus. Hasilnya
ádalah penurunan ekskresi air dan pemekatan urin. Sebaliknya apabila permeabilizas
terhadap air rendah, maka air tidak akan berdifusi keluar duktus pengumpul
melainkan akan diekskresikan melalui urin. Urin akan encer. (Corwin,
2000).
Peran hormon
Antidiuretik dalam Pemekatan Urin
Permeabilizas duktus pengumpul terhadap air ditentukan
oleh kadar hormonhipofisis Posterior, hormon antidiuretik (ADH), yang terdapat di
dalam darah. Pelepasan ADH dari hipofisis posterior meningkat sebagai respons
terhadap penurunan tekanan darah atau peningkatan osmolalitas ekstra sel
(penurunan konsentrasi air). ADH bekerja pada tubulus pengumpul untuk
meningkatkan permeabilizas air. Apabila tekanan darah rendah, atau osmolalitas
plasma tinggi, maka pengeluaran ADH akan terangsang dan air akan direasorbsi ke
dalam kapiler peritubulus sehingga volume dan tekanan darah naik dan
osmolalitas ekstra sel berkurang. Sebaliknya, apabila tekanan darah terlalu
tinggi atau cairan ekstra sel terlalu encer, maka pengeluaran ADH akan dihambat
dan akan lebih banyak air yang diekskresikan melalui urin sehingga volume dan
tekanan darah menurun dan. osmolalitasekstraselmeningkat.(Corwin,2000)
Countercurrent multiplier system terdapat di lengkung Henle, suatu bagian nefron
yang panjang dan melengkung dan terletak di antara tubulus proximal dan distalis. Sistem multiplikasi tersebut memiliki lima langkah dasar dan bergantung pada transport aktif natrium (dan Klorida) keluar pars ascenden lengkung. Sistem tersebut juga bergantung pada impermeabilizas relatif bagian lengkung ini terhadap air yang menjaga agar air tidak mengikuti natrium keluar. Akhirnya sistem ini mengandalkan permeabilizas duktus-duktus pengumpul terhadap air.
Countercurrent multiplier system terdapat di lengkung Henle, suatu bagian nefron
yang panjang dan melengkung dan terletak di antara tubulus proximal dan distalis. Sistem multiplikasi tersebut memiliki lima langkah dasar dan bergantung pada transport aktif natrium (dan Klorida) keluar pars ascenden lengkung. Sistem tersebut juga bergantung pada impermeabilizas relatif bagian lengkung ini terhadap air yang menjaga agar air tidak mengikuti natrium keluar. Akhirnya sistem ini mengandalkan permeabilizas duktus-duktus pengumpul terhadap air.
Lengkung Henle
membentuk “multiplying countercurrent system”, yang memekatkan filtrate secara
berulang mentransver natrium dalam jumlah relative kecil sepanjang lengkung
henle.
Cairan
interstialpiramid menunjukan gradien hipertonisitas, yang makin bertambah bila
mendekati papilla. Sebagian natrium dan klorida di pindahkan ke lingkungan
intertubuler oleh lengkung Henle asenden melalui pompa klorida.
Jika tekanan
osmotic darah naik, misalnya dalam keadaan kehausan, maka sekresi ADH
meningkkat. ADH akan meningkat permeabilita pipa pengumpul (tubulus koligen).
Urin yang di hipotonik atau isotonic yang terdapat dalam tubulus koligen
medulla akan kehilangan air karena masuk ke dalam cairan interstial. Jika tidak
terdapat cukup ADH, maka tubulus koligen tidak permeable terhadap air, sehingga
pemekatan urin tidak terjadi dan nginjal menghasilkan urin isotonic dalam
jumlah besar.
Permeabilitas
tubulus kontortus distal terhadap air tergantung pada ADh, tetapi tubulus ini
terletak di dalam korteks, dimana cairan interstisialnya isotonic, tubulus
distal hamper selalu isotonic (sebagai akibat dari keseimbangan dengan cairan
interstial daerah tersebut).
Pembuluh darah lurus atau vasa rekta
di daerah medulla terletak sedemikian rupa sehingga sirkulasi darah tidak
mengganggu gradient osmotic yang ditimbulkan oleh pompa klorida lengkung henle,
dan mereka membentuk “ Coutercurrent
axchange system”.
Arteriol-arteriol
dan vena lurus merupakan pembuluh yang sangat tipis dengan dinding yang mirip
dinding kapiler. Tiap pembuluh lurus
membentuk lengkung dengan cabang-cabang pembuluh darah yang berjalan di
pinggir lengkung henle. Jika arteriol lurus berjalan kea rah bagian medulla,
darah kehilangan air dan mendapatkan natrium, karena dalam medula cairan interstisial lambat laun
menjadi hipertonik. Bila darah kembali dengan arah yang berlawanan dengan gradient
yang sama, ia akan kehilangan natrium dan mendapatkan air. Air yang hilang di
pembuluh desenden dikeluarkan di pembuluh ascended. Perubahan nosmotik yang
tetap pada medulla ginjal. Pergerakan air dan natrium adalah secara pasif.
·
Pengasaman Urin
Derajat keasaman merupakan suatu sifat kimia yang penting dari darah dan cairan tubuh lainnya.
Satuan derajat keasaman
adalah pH:
· pH
7,0 adalah netral
· pH
diatas 7,0 adalah basa (alkali)
· pH dibawah 7,0 adalah asam.
Suatu asam kuat memiliki pH yang sangat rendah
(hampir 1,0); sedangkan suatu basa kuat memiliki pH yang sangat tinggi (diatas
14,0). Darah memiliki ph antara 7,35-7,45.
Keseimbangan asam-basa darah dikendalikan secara seksama, karena
perubahan pH yang sangat kecil pun dapat memberikan efek yang serius terhadap
beberapa organ.
Tubuh
menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan asam-basa darah:
- Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal,
sebagian besar dalam bentuk amonia.
Ginjal memiliki kemampuan untuk mengatur jumlah asam atau basa yang dibuang, yang biasanya berlangsung selama beberapa hari. - Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer)
dalam darah sebagai pelindung terhadap perubahan yang terjadi secara
tiba-tiba dalam pH darah. Suatu penyangga ph bekerja secara kimiawi untuk
meminimalkan perubahan pH suatu larutan.
Penyangga pH yang paling penting dalam darah adalah bikarbonat.
Bikarbonat (suatu komponen basa) berada dalam kesetimbangan dengan karbondioksida (suatu komponen asam). Jika lebih banyak asam yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak bikarbonat dan lebih sedikit karbondioksida. Jika lebih banyak basa yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak karbondioksida dan lebih sedikit bikarbonat. - Pembuangan karbondioksida.
Karbondioksida adalah hasil tambahan penting dari metabolisme oksigen dan terus menerus yang dihasilkan oleh sel. Darah membawa karbondioksida ke paru-paru dan di paru-paru karbondioksida tersebut dikeluarkan (dihembuskan). pusat pernafasan di otak mengatur jumlah karbondioksida yang dihembuskan dengan mengendalikan kecepatan dan kedalaman pernafasan. Jika pernafasan meningkat, kadar karbon dioksida darah menurun dan darah menjadi lebih basa. Jika pernafasan menurun, kadar karbondioksida darah meningkat dan darah menjadi lebih asam.
Dengan mengatur kecepatan dan kedalaman pernafasan, maka pusat pernafasan dan paru-paru mampu mengatur pH darah menit demi menit. Adanya kelainan pada satu atau lebih mekanisme pengendalian ph tersebut, bisa menyebabkan salah satu dari 2 kelainan utama dalam keseimbangan asam basa, yaitu asidosis atau alkalosis.
Asidosis adalah suatu keadaan pada saat darah terlalu
banyak mengandung asam (atau terlalu sedikit mengandung basa) dan sering
menyebabkan menurunnya pH darah.
Alkalosis
adalah suatu keadaan pada saat darah terlalu banyak mengandung basa (atau
terlalu sedikit mengandung asam) dan kadang menyebabkan meningkatnya pH darah.
Asidosis dan alkalosis bukan merupakan suatu penyakit tetapi lebih
merupakan suatu akibat dari sejumlah penyakit. Terjadinya
asidosis dan alkalosis merupakan petunjuk penting dari adanya masalah
metabolisme yang serius.
Asidosis dan alkalosis dikelompokkan menjadi metabolik atau respiratorik,
tergantung kepada penyebab utamanya.
Asidosis metabolik dan alkalosis metabolik
disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam pembentukan dan pembuangan asam atau
basa oleh ginjal. Asidosis respiratorik
atau alkalosis respiratorik terutama disebabkan oleh penyakit paru-paru atau
kelainan pernafasan.
Asidosis Respiratorik
Defenisi :
Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan
karena penumpukan karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi
paru-paru yang buruk atau pernafasan yang lambat. Kecepatan dan kedalaman pernafasan
mengendalikan jumlah karbondioksida dalam darah. Dalam keadaan normal, jika
terkumpul karbondioksida, pH darah akan turun dan darah menjadi asam. Tingginya kadar
karbondioksida dalam darah merangsang otak yang mengatur pernafasan, sehingga
pernafasan menjadi lebih cepat dan lebih dalam.
Penyebab :
Asidosis respiratorik terjadi jika
paru-paru tidak dapat mengeluarkan karbondioksida secara adekuat.
Hal ini dapat terjadi pada penyakit-penyakit berat yang
mempengaruhi paru-paru, seperti:
-Emfisema
-Bronkitiskronis
-Pneumoniaberat
-Edemapulmoner
- Asma.
-Bronkitiskronis
-Pneumoniaberat
-Edemapulmoner
- Asma.
Asidosis respiratorik dapat juga terjadi bila
penyakit-penyakit dari saraf atau otot dada menyebabkan gangguan terhadap
mekanisme pernafasan.
Selain itu, seseorang dapat mengalami asidosis respiratorik akibat narkotika dan obat tidur yang kuat, yang menekan pernafasan.
Selain itu, seseorang dapat mengalami asidosis respiratorik akibat narkotika dan obat tidur yang kuat, yang menekan pernafasan.
Asidosis
Metabolik
Defenisi :
Asidosis
Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai dengan rendahnya
kadar bikarbonat dalam darah.
Bila
peningkatan keasaman melampaui sistem penyangga pH, darah akan benar-benar
menjadi asam. Seiring dengan menurunnya
pH darah, pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih cepat sebagai usaha tubuh
untuk menurunkan kelebihan asam dalam darah dengan cara menurunkan jumlah
karbon dioksida.
Pada akhirnya, ginjal juga berusaha mengkompensasi
keadaan tersebut dengan cara mengeluarkan lebih banyak asam dalam air kemih.
Tetapi
kedua mekanisme tersebut bisa terlampaui jika tubuh terus menerus menghasilkan
terlalu banyak asam, sehingga terjadi asidosis berat dan berakhir dengan
keadaan koma.
Penyebab :
Penyebab
asidosis metabolik dapat dikelompokkan kedalam 3 kelompok utama:
- Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika
mengkonsumsi suatu asam atau suatu bahan yang diubah menjadi asam.
Sebagian besar bahan yang menyebabkan asidosis bila dimakan dianggap beracun.
Contohnya adalah metanol (alkohol kayu) dan zat anti beku (etilen glikol).
Overdosis aspirin pun dapat menyebabkan asidosis metabolik. - Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak
melalui metabolisme.
Tubuh dapat menghasilkan asam yang berlebihan sebagai suatu akibat dari beberapa penyakit; salah satu di antaranya adalah diabetes melitus tipeI. Jika diabetes tidak terkendali dengan baik, tubuh akan memecah lemak dan menghasilkan asam yang disebut keton.
Asam yang berlebihan juga ditemukan pada syok stadium lanjut, dimana asam laktat dibentuk dari metabolisme gula. - Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak
mampu untuk membuang asam dalam jumlah yang semestinya. Bahkan jumlah asam yang normal pun
bisa menyebabkan asidosis jika ginjal tidak berfungsi secara normal.
Kelainan fungsi ginjal ini dikenal sebagai asidosis tubulus renalis (ATR) atau rhenal tubular acidosis (RTA), yang bisa terjadi pada penderita gagal ginjal atau penderita kelainan yang mempengaruhi kemampuan ginjal untuk membuang asam.
Penyebab
utama dari asidois metabolik:
·
Gagal ginjal
· Asidosis
tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal)
·
Ketoasidosis diabetikum
·
Asidosis laktat (bertambahnya asam laktat)
·
Bahan beracun seperti etilen glikol, overdosis salisilat, metanol, paraldehid,
asetazolamid atau amonium klorida
·
Kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran pencernaan karena diare, ileostomi
atau kolostomi.
Alkalosis Respiratorik
Defenisi :
Alkalosis
Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa karena pernafasan
yang cepat dan dalam, sehingga menyebabkan kadar karbondioksida dalam
darah menjadi rendah.
Penyebab :
Pernafasan
yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi, yang menyebabkan terlalu
banyaknya jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran darah.
Penyebab
hiperventilasi yang paling sering ditemukan adalah kecemasan.
Penyebab lain dari alkalosis
respiratorik adalah:
-rasa nyeri
-sirosis hati
-kadar oksigen darah yang rendah
-demam
- overdosis aspirin.
-rasa nyeri
-sirosis hati
-kadar oksigen darah yang rendah
-demam
- overdosis aspirin.
Pengobatan
:
Biasanya
satu-satunya pengobatan yang dibutuhkan adalah memperlambat pernafasan.
Jika penyebabnya adalah kecemasan, memperlambat pernafasan bisa meredakan penyakit ini. Jika penyebabnya adalah rasa nyeri, diberikan obat pereda nyeri.
Jika penyebabnya adalah kecemasan, memperlambat pernafasan bisa meredakan penyakit ini. Jika penyebabnya adalah rasa nyeri, diberikan obat pereda nyeri.
Menghembuskan nafas dalam kantung kertas (bukan
kantung plastik) bisa membantu meningkatkan kadar karbondioksida setelah
penderita menghirup kembali karbondioksida yang dihembuskannya.
Pilihan
lainnya adalah mengajarkan penderita untuk menahan nafasnya selama mungkin,
kemudian menarik nafas dangkal dan menahan kembali nafasnya selama mungkin. Hal
ini dilakukan berulang dalam satu rangkaian sebanyak 6-10 kali.
Jika kadar
karbondioksida meningkat, gejala hiperventilasi akan membaik, sehingga
mengurangi kecemasan penderita dan menghentikan serangan alkalosis
respiratorik.
Alkalosis Metabolik
Defenisi
:Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa
karena tingginya kadar bikarbonat.
Penyebab :
Alkalosis
metabolik terjadi jika tubuh kehilangan terlalu banyak asam.
Sebagai contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode muntah yang berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan selang lambung (seperti yang kadang-kadang dilakukan di rumah sakit, terutama setelah pembedahan perut).
Sebagai contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode muntah yang berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan selang lambung (seperti yang kadang-kadang dilakukan di rumah sakit, terutama setelah pembedahan perut).
Pada kasus yang jarang, alkalosis metabolik terjadi
pada seseorang yang mengkonsumsi terlalu banyak basa dari bahan-bahan seperti
soda bikarbonat.
Selain
itu, alkalosis metabolik dapat terjadi bila kehilangan natrium atau kalium
dalam jumlah yang banyak mempengaruhi kemampuan ginjal dalam mengendalikan
keseimbangan asam basa darah.
Penyebab
utama akalosis metabolik:
1.
Penggunaan diuretik (tiazid, furosemid, asam etakrinat)
2.
Kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung
3.Kelenjar
adrenal yang terlalu aktif (sindroma Cushing atau akibat penggunaan
kortikosteroid).
pH darah dipertahankan dalam batas-batas normal
meskipun terjadi penambahan asam dan alkali ke dalam darah makanan maupun sebagai akibat reaksi-reaksi metabolism.
Ruangan ekstrasel dan intrasel keduanya mengandung banyak system buffer yaitu
system asam karbonat (H2CO3) – bikarbonat, yang konjugat
asamnya yaitu Co2 diatur oleh pusat pernapasan dan paru-paru H2CO3
plasma diatur oleh ginjal.
Ginjal mengatur konsentrasi bikarbonat plasma
dengan 2 proses, yaitu (1) bikarbonat yang filtrasi semuanya diserap kembali
oleh tubulus, (2) bikarbonat dibentuk lagi dalam tubulus distal untuk
menggantikan bikarbonat yang digunakan oleh adanya asam-asam yang tidak menguap
(HCl, H3PO4, H2SO4 dan asam – asam
organic) dalam cairan ekstrasel sebagai akibat proses metabolisme.
Di dalam sel Co2 dan H2O
bereaksi dengan adanya enzim karbonat anhidrase untuk membentuk asam karbonat
yang berdososiasi menjadi H+ dan HCO3-. H+
disekresi kelumen tubulus untuk tukar dengan Na+, bereaksi
dengan HCO3- yang melewati filtrasi untuk membentuk H2CO3
yang sekali lagi dengan adanya karbonat anhidrase { di intraluminal vili-vili
tubulus proksial}, berdesosiasi menjadi Co2- dan H2O.
Co2 berdifusi secara bebas di dalam sel tubulus. Na+ yang
asalnya dari filytrasi dan HCO3- yang dibentuk dalam sel kemudian
diserap kembali ke dalam darah. Efek akhir walaupun tidak langsung adalah
penyerapan kembali NaH CO3 dari filtrasi.
Respon tubulus ginjal terhadap tekanan Co2-
cairan tubuh member suatu penjelasan untuk respon ginjal terhadap
keadaan-keadaan asidosis atau alkalosis respiratorik. Pada asidosis
respiratorik, kompensasi dilakukan oleh naiknya kadar bikarbonat darah dalam
usaha mengembalikan rasio normal 1:20 dari asam karbonat terhadap bikarbonat
yang terdapat pada ph fisiologis. Kenaikan bikarbonat ini dapat diperoleh
dengan respon ginjal terhadap Co2 yang tinggi terdapat
pada asidosis respiratorik. Keadaan menjadi terbalik pada alkalosis
respiratorik. Disini kompensasi dilakukan oleh pembuangan bikarbonat, tekanan
Co2 yang rendah terdapat pada keadaan ini memberi
tanggapan pada ginjal untuk mengurangi kecepatan penyerapan kembali
karbonat sampai rasio normal asam
karbonat dan bikarbonat diperbaiki.
Tubulus kontortus distal yang merupakan nefron
terminal. Di tubulus kontortus distal, terjadi pertukaran ion. Bila aldosteron
bekerja, natrium direabsorbsi dan ion kalium diekskresi oleh tubulus kontortus
proksimal yang merupakan tempat mekanisme. pengawasan garam total dan air.
Tubulus distal juga mengsekresi ion hidrogen dan ion ammonium ke dalam urine tubulus.
Aktivitas ini penting untuk mempertahankan keseimbangan asam basa darah.
berperanan nyata untuk pemekatan urin. Urin yang meninggalkan tubulus kontortus
distal hampir selalu isotonis.
Tubulus convulatus proksimal merupakan saluran panjang
yang berkelok-kelok mulai pada korpuskula renalis berlanjut menjadi lengkung
Henle (loop of Henle). Tubulus kontortus proksimal (TKP) biasa ditemukan
pada potongan melintang korteks. TKP dibatasi oleh epitel kubus selapis dengan
apeks sel menghadap lumen tubulus memiliki banyak mikrofili membentuk brush
border. Permukaan
mikrovili brush border berperan membantu reabsorbsi berbagai zat yang
terdapat dalam cairan ultrafiltrat. Pada reabsobsi, sitoplasma apical sel
mempunyai banyak kanakuli berasal dari dasar mikrovili. Di dekat kanakuli
terdapat vesikel kecil sebagai akibat selama pinositosis. Bertambahnya
permukaan membran sel pada basis sel melalui mana pompa natrium adalah
sifat-sifat sel yang ikut dalam transport ion.
Dalam sel tubulus distal terjadi proses yang sama
dalam proses yang sama dalam proses tubulus proksimal. Ion hydrogen dibentuk Co2
dan H2O disekresi ke dalam lumen ditukar dengan ion natrium.
Proses ini dapat berlangsung terus sampai individu normal mencapai pH cairan
4,5 jika ini terjadi, sekresi selanjutnya berhenti karena selisih ion H+
antara sel dan filtrasi tubulus terlalu besar. Ada dua mekanisme yang mencegah
tercapainya pH rendah ini dan yang menjamin bahwa cukup bikarbonat dibentuk
oleh sel untuk mencegah terbentuknya asidosis metabolic. Mekanismenya yaitu (1)
kerja oleh ion HPO42- filtrate dan (2) sekresi amoniak
setelah semua bikarbonat diserap kembali, sekresi ion hydrogen kemudian
berlangsung melawan Na2HPO4. Pertukaran ion natrium
dengan ion hydrogen yang disekresi mengubah Na2HPO4. Yang
berakibat naiknya keasaman urin dan penurunan pH urin.
Amonia terutama diperoleh dari deaminasi dalam
tubulus distal. Deaminase glutamine yang dikatalisi oleh glutaminase ginjal
berfungsi sebagai sumber utama ammonia urin. Ammonia yang dibentuk dalam sel tubulus
ginjal dapat bereaksi secara langsung dengan ion – ion hydrogen sehingga lebih
banyak ion ammonium dari pada ion hydrogen yang disekresi, atau ammonia dapat
berdifusi kedalam filtrate tubulus dan disini membentuk ion ammonium.
Makin rendah pH urin {konsenntrasi ion hydrogen
makin besar}, maka ammonia akan berdifusi ke dalam urin. Jadi pembentukan
ammonia sangat meningkat pada asidosis metabolic dan dapat diabaikan pada
alkalosis. Juga telah diketemukan bahwa aktivitas glutaminase ginjal diperbesar
oleh asidosis. Mekanisme ammonia adalah alat yang berharga untuk konversi
kation. Dalam keadaan normal 30-50 eMq ion hydrogen dibuan setiap hari dengan
bergabung dengan ammonia dan kurang lebih 10-30 mEq sebagai asam yang dapat
ditetrasi.
Keseimbangan asam dan basa dalam tubuh
sangat penting untuk mempertahankan proses kehidupan. Kadar
kimia asam basa sukar dipisahkan dengan konsentrasi ion H+. Konsentrasi ion H+
dalam berbagai larutan dapat berubah
dan perubahan ini dapat disebabkan oleh berbagai macam gangguan fungsi sel.
Beberapa
Pengertian :
- Asam: Suatu cairan yang mampu mengeluarkan / melepaskan H+ (donor proton)
- Basa: Suatu cairan yang mampu menerima H+ (akseptor proton).
- pH: Menyatakan konservasi H+ dalam larutan yaitu menunjukkan kekuatan asam atau basa.
- Secara sistematik pH: Logaritma negatif dari konsentrasi H+ (pH: - Log H+).
- Harga normal pH: 7.35 – 7.45
- Bila H+ naik: pH rendah, maka cairan lebih asam
- Bila H+ turun: pH Tinggi, maka cairan lebih basa
- Asidema: Suatu keadaan dimana pH darah kurang dari 7.35
- Asidosis: Proses yang menyebabkan terjadinya asidema
- Alkalomia: Suatu kondisi dimana pH darah lebih dari 7. 45
- Alkalosis: Proses yang menyebabkan alkalomia
- PaO2: Tekanan Parsiil O2 di dalam darah arteri Normal: 80- 100 mmHg
- PaCO2: Tekanan Partiil CO2 dalam arteri. Normal 35- 45 mmHg
- HCO3 dalam pemeriksaan AGD: Konsentrasi HCO3 dalam plasma darah. Normal: 22-26 meq/l.
- Saturasi O2 (SaO2): Kejenuhan O2 dalam darah arteri. Normal: 95- 100%
- Base Exess (BE): Jumlah milt equivalent dari asam atau basa yang dibutuhkan atau titrasi dalam darah mencapai pH: 7.4 pada temperatur 37°C dan PCO2 40 mmHg. Normal: -2 sampai 2
- HCO3 dalam pemeriksaan Analisa Gas Darah: Konsentrasi HCO3 dalam plasma darah. Normal: 22- 26 meq/l.
Penanganan Gangguan Keseimbangan Asam Basa
- Mengembalikan nilai PH pada keadaan normal
- Koreksi keadaan asidosis repiratorik: Naiknya ventilasi dan mengoreksi penyebab
- Koreksi keadaan alkalosis respiratorik: turunnya ventilasi dan terapi penyebab
- Koreksi keadaan asidosis metabolik:
- Pemberian Bicarbonat IV/ oral
- Terapi penyebab
- Koreksi keadaan alkalosis metabolik dengan cara: memberi KCl dan mengobati penyebab
·
Mekanisme Buffer bagi Pengendalian pH Cairan
Tubuh
Buffer adalah substansia yang mencegah adanhya
pH larutan bila suatu asam atau basa ditambahkan padanya. Pembufferan dalam
tubuh tidak terbatas pada darah, tapi juga pada cairan interstisial dan cairan
intrasel. Buffer utama di dalam cairan serebrospinalis dan urin merupakan
system bikarbonat dan fosfat. Di dalam darah ada tiga buffer efektif yaitu (1)
karena gugusan protein plasma, (2) buffer oleh disosiasi gugusan imidazon dari
gugusan histidin di dalam hemoglobin, (3) buffer yang merupakan system asam
karbonat-bikarbonat.
Buffer ketiga ini dikenal dengan persamaan
Henderson-Hesselbach sebagai berikut.
pH = 6.1 + log [hco3]/ 0.030 PCO3
Dari ketiga macam buffer darah tersebut, yang
mempunyai system buffer paling efektif dalam tubuh adalah buffer sistem asam
karbonat-bikarbonat karena jumlah CO2 yang larut dikendalikan oleh pernapasan dan
konsentrasi HCo3- plasma diatur oleh ginjal. Bila H+
ditambahkan kedarah, maka HCO3- menurun karena lebih
banyak H2CO3- yang dibentuk. H2CO3
akan meningkat bila cukup H+ telah ditambahkan untuk membagi
dua HCo3- plasma, maka pH akan diturunkan dari 7,4 ke 6,0 bagaimanapun H+ merangsang pernapasan, yang menimbulkan
penurunan PCO2, sehingga sejumlah H2CO3
tambahan disingkirkan sehingga pH hanya turun ke 7,2 atau 7,3 .
Konsentrasi HCo3- di dalam
plasma dan akibatnya di dalam filtrate glomerulus normalnya sebesar kurang
lebih 24 mEq/l, sehingga dalam tubulus proksimalis, kebanyakan H+
yang disekresi bereaksi dengan HCO3- untuk membentuk H2CO3.
H2CO3 pecah menjadi CO2 dan H2O.
hanya tubulus proksimal di batas sikat sel yang mempunyai karbonat anhidrase
sehingga memudahkan pembentukan CO2 dan H2O di dalam
cairan tubulus. CO2 yang mudah berdifusi melintasi semua membrane
biologi, memasuki sel-sel tubulus, tempat ia menambah kumpulan CO2
yang tersedia untuk membentuk H2CO3 karena H+
banyak disingkirkan dari tubulus, setiap 1 mol H2CO3 berdifusi
dari sel-sel tubulus ke dalam darah.
H+ yang
disekresikan juga bereaksi dengan basa fosfat ( HPO42- ) untuk membentuk H2PO4-
(monobasa fosfat).. ini terjadi paling besar di dalam tubulus distal dan tubulus koligen,
karena disinilah fosfat lolos reabsorbsi
tubulus proksimal sangat dipekatkan oleh reabsorbsi air.
PENGATURAN
Seseorang
dapat merubah konsentrasi CO2 dalam cairan tubuh dengan mempercepat
atau memperlambat kecepatan pernafasan (RR).
Di lain pihak ginjal mampu meningkatkan atau merendahkan konsentrasi HCO3 dalam cairan tubuh.
Dengan kedua cara regulasi ini, pH dapat disesuaikan dengan keadaan normal.
Di lain pihak ginjal mampu meningkatkan atau merendahkan konsentrasi HCO3 dalam cairan tubuh.
Dengan kedua cara regulasi ini, pH dapat disesuaikan dengan keadaan normal.
Pengaturan keseimbangan untuk mengatasi asidosis dan alkalosis melalui sistem kontrol yang bekerja sbb:
- Mengikat asam atau basa pada sistem buffer
- Jika konsentrasi H+ sangat rendah mengaktifkan pusat pernafasan untuk merubah ventilasi pulmonal
- Kerja ginjal untuk mengeluarkan urin yang asam atau basa untuk menyesuaikan konsentrasi H+ agar tubuh normal kembali
Tugas
buffer adalah memberikan suasana yang seimbang atau homeostatis mekanisme
- Sistem buffer Bicarbonat:
HCO3 terbentuk dalam tubuh sbb: - CO2 dan H2O------------------------ H2 CO3
- H2CO3 H+ + HCO3
------------H2CO3------ CO2 +H2O
Sistem paling penting bagi darah dan jaringan adalah garam sodium Bicarbonat NaHCO3 dan asam bicarbonat H2CO3
Normal: Ratio Konsentrasi HCO3- : H2CO3 = 20:1
- Buffer Phospat
- Terdiri dari 2 elemen: NaH2PO4 dan Na2 HPO4.
- Bila terdapat asam kuat (HCl) maka terjadi: HCl + Na2HPO4---Na2HPO4+ NaCl
- Buffer sistem ini sangat penting dalam cairan tubulus ginjal dan intraseluler, tetapi pada cairan ekstraseluler konsentrasinya lebih rendah daripada Bicarbonat Buffer.
- Buffer Protein merupakan sistem yang terkuat dalam tubuh
- Protein terdiri dari bermacam asam amino yang mempunyai asam bebas (COOH) yang dapat berdisosiasi menjadi COO- dan H+
- Mempunyai NH3OH yang dapat terdisosiasi mejadi NH3+ dan OH-
- OH- dapat bereaksi dengan H+ membentuk H2O
Fungsi Larutan Penyangga
Larutan penyangga sangat penting dalam kehidupan; misalnya dalam analisis kimia, biokimia, bakteriologi, zat warna, fotografi, dan industri kulit. Dalam bidang biokimia, kultur jaringan dan bakteri mengalami proses yang sangat sensitif terhadap perubahan pH. Darah dalam tubuh manusia mempunyai kisaran pH 7,35 sampai 7,45, dan apabila pH darah manusia di atas 7,8 akan menyebabkan organ tubuh manusia dapat rusak, sehingga harus dijaga kisaran pHnya dengan larutan penyangga.
Larutan penyangga sangat penting dalam kehidupan; misalnya dalam analisis kimia, biokimia, bakteriologi, zat warna, fotografi, dan industri kulit. Dalam bidang biokimia, kultur jaringan dan bakteri mengalami proses yang sangat sensitif terhadap perubahan pH. Darah dalam tubuh manusia mempunyai kisaran pH 7,35 sampai 7,45, dan apabila pH darah manusia di atas 7,8 akan menyebabkan organ tubuh manusia dapat rusak, sehingga harus dijaga kisaran pHnya dengan larutan penyangga.
1.Darah Sebagai Larutan Penyangga
Ada beberapa faktor yang terlibat dalam pengendalian pH darah, diantaranya penyangga karbonat, penyangga hemoglobin dan penyangga fosfat.
a.Penyangga Karbonat
Penyangga karbonat berasal dari campuran asam karbonat (H 2 CO 3 ) dengan basa konjugasi bikarbonat (HCO 3 ).
H 2 CO 3 (aq) --> HCO 3(aq) + H + (aq).
Penyangga karbonat sangat berperan penting dalam mengontrol pH darah. Pelari maraton dapat mengalami kondisi asidosis, yaitu penurunan pH darah yang disebabkan oleh metabolisme yang tinggi sehingga meningkatkan produksi ion bikarbonat. Kondisi asidosis ini dapat mengakibatkan penyakit jantung, ginjal, diabetes miletus (penyakit gula) dan diare. Orang yang mendaki gunung tanpa oksigen tambahan dapat menderita alkalosis, yaitu peningkatan pH darah. Kadar oksigen yang sedikit di gunung dapat membuat para pendaki bernafas lebih cepat, sehingga gas karbondioksida yang dilepas terlalu banyak, padahal CO 2 dapat larut dalam air menghasilkan H 2 CO 3 . Hal ini mengakibatkan pH darah akan naik. Kondisi alkalosis dapat mengakibatkan hiperventilasi (bernafas terlalu berlebihan, kadang-kadang karena cemas dan histeris).
b.Penyangga Hemoglobin
Pada darah, terdapat hemoglobin yang dapat mengikat oksigen untuk selanjutnya dibawa ke seluruh sel tubuh. Reaksi kesetimbangan dari larutan penyangga oksi hemoglobin adalah:
Pada darah, terdapat hemoglobin yang dapat mengikat oksigen untuk selanjutnya dibawa ke seluruh sel tubuh. Reaksi kesetimbangan dari larutan penyangga oksi hemoglobin adalah:
HHb + O 2 (g) « HbO 2 - + H +.
Asam hemoglobin ion aksi hemoglobin
Keberadaan oksigen pada reaksi di atas dapat memengaruhi konsentrasi ion H +, sehingga pH darah juga dipengaruhi olehnya. Pada reaksi di atas O 2 bersifat basa. Hemoglobin yang telah melepaskan O 2 dapat mengikat H + dan membentuk asam hemoglobin. Sehingga ion H + yang dilepaskan pada peruraian H 2 CO 3 merupakan asam yang diproduksi oleh CO 2 yang terlarut dalam air saat metabolisme.
c. Penyangga Fosfat
Pada cairan intra sel, kehadiran penyangga fosfat sangat penting dalam mengatur pH darah. Penyangga ini berasal dari campuran dihidrogen fosfat (H 2 PO 4 - ) dengan monohidrogen fosfat (HPO 3 2- ).
H 2 PO 4 - (aq) + H + (aq) --> H 2 PO 4(aq)
H 2 PO 4 - (aq) + OH - (aq) --> HPO 4 2- (aq) ) + H 2 O (aq)
Penyangga fosfat dapat mempertahankan pH darah 7,4. Penyangga di luar sel hanya sedikit jumlahnya, tetapi sangat penting untuk larutan penyangga urin.
Asam hemoglobin ion aksi hemoglobin
Keberadaan oksigen pada reaksi di atas dapat memengaruhi konsentrasi ion H +, sehingga pH darah juga dipengaruhi olehnya. Pada reaksi di atas O 2 bersifat basa. Hemoglobin yang telah melepaskan O 2 dapat mengikat H + dan membentuk asam hemoglobin. Sehingga ion H + yang dilepaskan pada peruraian H 2 CO 3 merupakan asam yang diproduksi oleh CO 2 yang terlarut dalam air saat metabolisme.
c. Penyangga Fosfat
Pada cairan intra sel, kehadiran penyangga fosfat sangat penting dalam mengatur pH darah. Penyangga ini berasal dari campuran dihidrogen fosfat (H 2 PO 4 - ) dengan monohidrogen fosfat (HPO 3 2- ).
H 2 PO 4 - (aq) + H + (aq) --> H 2 PO 4(aq)
H 2 PO 4 - (aq) + OH - (aq) --> HPO 4 2- (aq) ) + H 2 O (aq)
Penyangga fosfat dapat mempertahankan pH darah 7,4. Penyangga di luar sel hanya sedikit jumlahnya, tetapi sangat penting untuk larutan penyangga urin.
Larutan Penyangga pada Obat-Obatan
Asam asetilsalisilat merupakan komponen utama dari tablet aspirin, merupakan obat penghilang rasa nyeri. Adanya asam pada aspirin dapat menyebabkan perubahan pH pada perut. Perubahan pH ini mengakibakan pembentukan hormon, untuk merangsang penggumpalan darah, terhambat; sehingga pendarahan tidak dapat dihindarkan. Oleh karena itu, pada aspirin ditambahkan MgO yang dapat mentransfer kelebihan asam.
Asam asetilsalisilat merupakan komponen utama dari tablet aspirin, merupakan obat penghilang rasa nyeri. Adanya asam pada aspirin dapat menyebabkan perubahan pH pada perut. Perubahan pH ini mengakibakan pembentukan hormon, untuk merangsang penggumpalan darah, terhambat; sehingga pendarahan tidak dapat dihindarkan. Oleh karena itu, pada aspirin ditambahkan MgO yang dapat mentransfer kelebihan asam.
Fungsi Larutan Penyangga
Larutan penyangga sangat penting dalam kehidupan; misalnya dalam analisis kimia, biokimia, bakteriologi, zat warna, fotografi, dan industri kulit. Dalam bidang biokimia, kultur jaringan dan bakteri mengalami proses yang sangat sensitif terhadap perubahan pH. Darah dalam tubuh manusia mempunyai kisaran pH 7,35 sampai 7,45, dan apabila pH darah manusia di atas 7,8 akan menyebabkan organ tubuh manusia dapat rusak, sehingga harus dijaga kisaran pHnya dengan larutan penyangga.
Adapun fungsi-fungsi larutan penyangga dalam kehidupan sehari-hari:
1. Adanya
larutan penyangga ini dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari seperti pada
obat-obatan, fotografi, industri kulit dan zat warna. Selain aplikasi tersebut,
terdapat fungsi penerapan konsep larutan penyangga ini dalam tubuh manusia
seperti pada cairan tubuh.
2. Cairan
tubuh ini bisa dalam cairan intrasel maupun cairan ekstrasel. Dimana sistem
penyangga utama dalam cairan intraselnya seperti H2PO4- dan HPO42- yang dapat
bereaksi dengan suatu asam dan basa. Adapun sistem penyangga tersebut, dapat
menjaga pH darah yang hampir konstan yaitu sekitar 7,4.
3. Menjaga
pH pada plasma darah agar berada pada pH berkisar 7,35 – 7,45 ,yaitu dari ion
HCO3- denganion Na+ . Apabila pH darah lebih dari 7,45 akan mengalami
alkalosis, akibatnya terjdi hiperventilasi/ bernapas berlebihan, mutah
hebat.Apabila pH darah kurang dari 7,35 akan mengalami acidosis akibatnya
jantung ,ginjal ,hati dan pencernaan akan terganggu.
4. Menjaga
pH cairan tubuh agar ekskresi ion H+ pada ginjal tidak terganggu, yaitu asam dihidrogen posphat (H2PO4-) dengan basa
monohidrogen posphat (HPO4-2)
5. Menjaga
pH makanan olahan dalam kaleng agar tidak mudah rusak /teroksidasi (asam
benzoat dengan natrium benzoat).
6. Selain
itu penerapan larutan penyangga ini dapat kita temui dalam kehidupan
sehari-hari seperti pada obat tetes mata.
·
Mekanisme Mempertahankan Volume Cairan Ekstrasel
Lebih kurang 60% berat
badan orang dewasa pada umumnya terdiri dari cairan (air dan elektrolit).
Faktor yang mempengaruhi jumlah cairan tubuh adalah umur, jenis kelamin, dan
kandungan lemak dalam tubuh.
Secara umum orang yang lebih muda mempunyai persentase cairan tubuh yang lebih tinggi dibanding dengan orang yang lebih tua, dan pria secara proporsional mempunyai lebih banyak cairan tubuh dibanding dengan wanita. Orang yang lebih gemuk mempunyai jumlah cairan yang lebih sedikit dibandingkan dengan orang yang lebih kurus, karena sel lemak mengandung sedikit air.
Cairan tubuh terdiri dari dua kompartemen cairan, yaitu: ruang intra seluler (cairan dalam sel) dan ruang ekstra seluler (cairan luar sel). Kurang lebih 2/3 cairan tubuh berada dalam kompartemen cairan intra sel, dan kebanyakan terdapat pada massa otot skeletal.
Secara umum orang yang lebih muda mempunyai persentase cairan tubuh yang lebih tinggi dibanding dengan orang yang lebih tua, dan pria secara proporsional mempunyai lebih banyak cairan tubuh dibanding dengan wanita. Orang yang lebih gemuk mempunyai jumlah cairan yang lebih sedikit dibandingkan dengan orang yang lebih kurus, karena sel lemak mengandung sedikit air.
Cairan tubuh terdiri dari dua kompartemen cairan, yaitu: ruang intra seluler (cairan dalam sel) dan ruang ekstra seluler (cairan luar sel). Kurang lebih 2/3 cairan tubuh berada dalam kompartemen cairan intra sel, dan kebanyakan terdapat pada massa otot skeletal.
·
Kompartemen cairan ekstra sel lebih jelas dibagi menjadi ruang:
- Intra vascular
(cairan dalam pembuluh darah), mengandung plasma.
- Ruang interstitial, mengandung
cairan yang mengelilingi sel dan 8 pada orang dewasa.
Contohnya limfe.±jenisnya
- Ruang muskuler,
merupakan bagian terkecil dari cairan ekstra seluler dan mengandung kurang
lebih 1 liter cairan setiap waktu.
Mekanisme homeostatic utama yang bekerja melalui
ginjal dan paru-paru, adalah untuk mempertahankan tonisitas, volume dan
kompensasi ion spesifik. Pertahanan tonisitas
CES (Cairan Ekstra Seluler) terutama merupakan fungsi vasopressin yang
disekresi dan mekanisme haus. Osmolaritas tubuh total berbanding langsung
dengan natrium tubuh total di tambah kalium tubuh total yang di bagi air tubuh
total, sehingga perubahan dalam osmolaritas cairat tubuh akan timbul bila ada
ketidakseimbangan antara jumlah elektrolit dengan jumlah air yang diminum atau
kehilangan dari tubuh. Bila tekanan osmotic efektif plasma meningkat maka sekresi vasopressin
meningkat dan mekanisme haus dirangsang. Air dipertahankan di dalam tubuh, yang
mengencerkan plasma hiportonik dan masukan air meningkat “air bebas solute”
(larutan encer) disekresikan. Dalam cara ini tonisitas cairan tubuh
dipertahankan dalam rentang normal sempit. Pada orang sehat, osmolaritas plasma
berkisar 285-295 mosm/l, dengan sekresi vasopressin maksimum dihambat pada 285
mosm.l dan dirangsang pada nila tinggi.
Pertahanan volume CES ditentukan oleh jumlah
total solute aktif nosmotik di dalam CES. Karena Na+ dan Cl- merupakan solute aktif osmotic dalam
CES dank arena perubahan Cl- dalam jumlah besar terjadi sekunderr
terhadap perubahan dalam Na+, sehingga jumlah Na+ di dalam CES
merupakan penentu terpenting volume CES dan mekanisme utama mempertahankan
volume CES menghambat sekresi vasopressin dan penurunan volume CES menimbulkan
peningkatan sekresi hormone ini. angiotensin II merangsang sekresi aldosteron
dan vasopressin, yang menyebabkan haus dan kontraksi pembuluh darah, yang
membantu mempertahankan tekanan darah. Maka angiotensin II berperan kunci dalam
respon tubuh terhadap hipovolemia.
Dalam keadaan sakit, kehilangan air dari tubuh (dehidrasi)
menyebabkan penurunan sedang volume CES. Hilangnya Na+ di dalam
feses (diare), urin (asidosis parah , insufisiensi adrenalis) atau keringat
(produksi panas) juga menurunkan volume CES yang berakibat syok.
Bila volume CES menurun, sehingga GFR menurun, yang mengurangi jumlah Na+ yang difiltrasi. Reabsorbsi Na+ tubulus meningkat, sebagian karena
sekresi aldosteron meningkat. Sebagian sekresi aldosteron dikendalikan oleh system
umpan balik, dengan peningkatan sekresi dimulai oleh penurunan tekanan intravakuler rata-rata.
Misalmnya peningkatan dari posisi terlentang ke berdiri meningkatkan sekresi
aldoteron. Tetapi ekskresi Na+ menurun
dalam beberapa menit dan perubahan cepat dalam ekskresi Na+ timbul
pada subyek diadrenalektomi.
Mekanisme regulasi mempertahankan kadar ion
spesifik tertentu dalam CES seperti kadar glukosa dan senyawa non ionisasi lain
penting dalam metabolism. Mekanisme yang mengandalkan kandungan Na+ dan
K+ merupakan bagian yang menentukan volume tonisitas CES. Kadar ion
ini juga tergantung H+ dan pH merupakan factor utama yang
mempengaruhi komposisi anion CES.
·
Diuresis
Diuresis adalah keadaan meningkatnya ekskresi urin. Sedangkan
diuretic adalah zat yang dapat menyebabkan dieresis. Ekskresi urin yang
meningkat dapat terjadi karena dua hal, yaitu filtrasi yang meningkat atau
reabsorbsi air yang berkurang.
Diuresis adalah keadaan urin meningkat. Dieresis
disebabkan oleh 2 macam mekanisme yaitu (1) Diuresis air, yang ditimbulkan oleh
minuman banyak, cairan yang hipotonik dimulai kurang lebih 15 menit setelah
minum air dan mencapai maksimumnya kurang lebih 45 menit kemudian. Kerj minum
banyak menimbulkan penurunan kecil atau penghambatan sekresi vasopressin (ADH)
sebelum air diabsorpsi, tetapi kebanyakan penghambatan ditimbulkan oleh
penurunan dalam osmolaritas plasma setelah air diabsorpsi; (2) Diuresis
osmotic, terjadi karena adanya
bahan-bahan yang sukar diabsorpsi oleh tubuli (urea, manitol, sejumlah sel
glukosa) di dalam glomerulus filtrate. Bahan ini menahan air sehingga
menghalangi reabsorpsi dari air dan mengakibatkan aliran filtrate dari tubulus
prosimalis menjadi lebih cepat. Aliran yang cepat menyebabkan proses pemekatan urin di lengkung henle maupun
tubulus distal terganggu. Walaupun ada peningkatan vasoprin, urin tetap encer.
Akibat dieresis osmotic adalah pembuangan NaCl dan komposisi urin mendekati
filtrat di tubulus proksimal.
·
Susunan Urin
Sifat – sifat urin
1.
Volume urin normal orang dewasa 600-2500 ml/hari, jumlah ini tergantung
pada pemasukan air, suhu air, makanan dan keadaan mental/fisik individu. Produk
akhir nitrogen dan kopi, the, alcohol mempunyai efek dieresis.
2.
Berat jenis berkisar antara 1.003-1.030.
3.
Reaksi urin biasanya asam dengan pH kurang dari 6 (berkisar 4,7-8). Bila
masukan protein tinggi, urin menjadi asam sebab fosfat dan sulfur berlebihan
dari hasil katabolisme protein. Keasaman meningkat pada asidosis dan pada
demam. Urin menjadi alkali karena perubahan urea menjadi ammonia dan kehilangan
CO2 di udara. Urin menjadi alkali pada alkalosis seperti setelah
banyak muntah.
4.
Warna urin normal adalah kuning pucat atau ambar. Pigmen utamanya urokrom,
sedikit urobilin dan hematofirin. Pada keadaan demam, urin berwarna kuning tua
atau kecoklatan, pada penyakit hati pigmen empedu warna urin menjadi hijau,
coklat, atau kuning tua. Darah (hemoglobin) member warna seperti asap sampai
merah pada urin. Urin sangat asam mengendapkan garam-garam asam urat dengan
warna dadu.
5.
Urin segar beraroma sesuai dengan zat-zat yang dimakan.
·
Kelainan Urin
Terdapat beberapa kelainan/penyakit yang diakibatkan oleh kelainan struktur maupun fungsi
sistem ekskresi, antara lain nefrosis, nefritis, sistisis, polisistik, dan
gagal ginjal, batu ginjal,
1.
Radang Ginjal (Nefritis)
Nefritis glomerulus adalah radang membran filtrasi
glomerulus di dalam korpuskulum renalis. Penyebab radang secara umum adalah
reaksi alergi terhadap racun yang dilepaskan oleh bakteri streptococcus yang
menginfeksi bagian tubuh lain, khususnya tenggorokan. Penyakit ini
ditandai dengan kenaikan permeabilitas membran filtrasi dan akumulasi sel-sel
darah putih di daerah membran filtrasi. Akibatnya, sejumlah besar protein
plasma memasuki urin. Keberadaan protein plasma meningkatkan tekanan osmotik
filtrat urin, sehingga volume urin meningkat dan menyebabkan gagal ginjal. Radang
Ginjal di sebut nefritis. Radang ginjal terjadi karena ada nya kerusakan
nefron, khususnya glomerulus yang di sebabkan oleh infeksi bakteri. Rusak nya
nefron mengakibatkon urine masuk kembali ke dalam darah dan penyerapan air
menjadi terganggu sehingga timbul pembengkakan didaerah kaki.
Penyembuhan: Penderita nefritis bisa di sembuhkan dengan cangkokan ginjal atau cuci darah secara rutin. Cuci darah biasanya di lakukan sampai penderita mendapatkan donor ginjal yang memiliki kesesuaian jaringan dengan organ penderita.
Penyembuhan: Penderita nefritis bisa di sembuhkan dengan cangkokan ginjal atau cuci darah secara rutin. Cuci darah biasanya di lakukan sampai penderita mendapatkan donor ginjal yang memiliki kesesuaian jaringan dengan organ penderita.
2.
Gagal Ginjal
Gagal Ginjal terjadi jika salah satu ginjal tidak berfurigsi. Kegagalan salah satu ginjal ini akan di ambil alih tugas nya oleh ginjal lain. Namun, keadaan ini akan tetap menimbulkan resiko sangat tinggi. Karena menyebabkan penimbunan urea dalam tubuh dan kematian. Cara Mengatasi Penyakit ini dapat di atasi dengan cangkok ginjal atau menggunakan ginjal tiruan sampai ginjal yang asli dapat berfungsi.
Gagal Ginjal terjadi jika salah satu ginjal tidak berfurigsi. Kegagalan salah satu ginjal ini akan di ambil alih tugas nya oleh ginjal lain. Namun, keadaan ini akan tetap menimbulkan resiko sangat tinggi. Karena menyebabkan penimbunan urea dalam tubuh dan kematian. Cara Mengatasi Penyakit ini dapat di atasi dengan cangkok ginjal atau menggunakan ginjal tiruan sampai ginjal yang asli dapat berfungsi.
3.
Nefrosis
Nefrosis adalah kondisi di mana membran glomerulus bocor, meyebabkan sejumlah besar protein keluar dari darah menuju urin. Air dan natrium berakumulasi dalam tubuh menyebabkan edem, khususnya di bagian pergelangan kaki, kaki, perut, dan mata. Nefrosis umumnya terjadi pada anak-anak.
Nefrosis adalah kondisi di mana membran glomerulus bocor, meyebabkan sejumlah besar protein keluar dari darah menuju urin. Air dan natrium berakumulasi dalam tubuh menyebabkan edem, khususnya di bagian pergelangan kaki, kaki, perut, dan mata. Nefrosis umumnya terjadi pada anak-anak.
4.
Pielonefritis
Pielonefritis adalah radang seluruh bagian ginjal. Kerusakan ini sering dimulai dengan infeksi bakteri pada pelvis ginjal dan kemudian melebar ke bagian utama ginjal.
Pielonefritis adalah radang seluruh bagian ginjal. Kerusakan ini sering dimulai dengan infeksi bakteri pada pelvis ginjal dan kemudian melebar ke bagian utama ginjal.
5.
Sistisis
Sistisis adalah radang kantung kemih terutama bagian mukosa dan sub mukosa. Sistisis bisa disebabkan oleh infeksi bakteri, zat kimia, atau luka.
Sistisis adalah radang kantung kemih terutama bagian mukosa dan sub mukosa. Sistisis bisa disebabkan oleh infeksi bakteri, zat kimia, atau luka.
6.
Penyakitpolisistik
Penyakit ini bisa disebabkan karena kerusakan sistem saluran ginjal yang merusak nefron dan menghasilkan pembesaran seperti kiste (benjolan) sepanjang saluran ini. Kerusakan ginjal ini umumnya bersifat menurun.
Penyakit ini bisa disebabkan karena kerusakan sistem saluran ginjal yang merusak nefron dan menghasilkan pembesaran seperti kiste (benjolan) sepanjang saluran ini. Kerusakan ginjal ini umumnya bersifat menurun.
7.
Batu ginjal
Batu Ginjal terjadi karena ada nya endapan garam kalsium dalam Ginjal
sehinnga menghambat keluar nya urine dan menimbulkan nyeri. Cara
Mengatasi:Penyakit ini dapat di atasi dengan pernbedahan dan sinar laser.
Tujuan dari pembedahan untuk membuang endapan garam garam kalium. Tujuan
menggunakan sinar laser untuk memecahkan endapan garam kalsium. Batu
ginjal merupakan batu yang terbentuk dari asam urat, kalsium, fosfat, asam
oksalat dan lain-lain yang terbentuk di dalam ginjal.
Terbentuknya batu ginjal bisa disebabkan karena urin terlalu pekat dan kurang minum. Batu ini bisa juga terbentuk di dalam
kantung kemih maupun ginjal itu sendiri.
Bagaimana
cara memelihara agar ginjal kita tetap sehat?
Minumlah banyak air putih. Dengan meminum banyak air, urin menjadi encer
sehingga mempermudah kerja ginjal untuk pengeluaran zat yang tidak dipergunakan
tubuh. Encernya urin juga memperkecil terbentuknya batu ginjal dan timbulnya
infeksi.
8.
Gagal ginjal
Ginjal bisa kehilangan fungsinya sehingga tidak bisa mengeluarkan zat-zat sisa metabolisme dari dalam tubuh, bahkan zat-zat yang masih bisa dipergunakan tubuh seperti glukosa dan protein bisa ikut keluar tubuh. Gejala ini disebut gagal ginjal. Kelainan ini bisa disebabkan karena kondisi yang mengganggu fungsi ginjal. Gagal ginjal yang akut menyebabkan penumpukan urea di dalam darah dan asidosis (darah bersifat lebih asam). Kerusakan ginjal ini bisa disebabkan oleh nefritis glomerulus yang parah, atau bisa juga disebabkan oleh penyumbatan saluran ginjal. Racun tertentu yang dihasilkan dari proses industri menyebabkan nekrosis (kerusakan sel) epitel nefron. Gagal ginjal yang parah disebabkan oleh kerusakan yang permanen pada banyak nefron, sehingga nefron-nefron tersebut tidak berfungsi. Kerusakan ini ditandai dengan ketidakmampuan ginjal untuk mengeluarkan hasil ekskresi, retensi, pembengkakan karena akumulasi cairan tubuh, kenaikan kandungan kalium, asidosis, keracunan zat sampah, dan berakhir pada kematian.
Orang yang menderita kerusakan ginjal secara serius masih bisa menyaring darahnya dengan ginjal buatan.
Proses ini disebut cuci darah atau dialisis. Dalam dialisis darah dipompa ke dalam saluran yang mengandung larutan garam yang mirip dengan plasma darah. Zat sampah berdifusi dari saluran yang mengandung darah dan dibersihkan oleh larutan garam. Darah bersih yang tertinggal dikembalikan ke dalam vena. Seseorang yang hanya mempunyai satu ginjal masih bisa menggunakan ginjal tersebut secara normal. Satu ginjal yang sehat dapat mengerjakan pekerjaan dua ginjal.
Ginjal bisa kehilangan fungsinya sehingga tidak bisa mengeluarkan zat-zat sisa metabolisme dari dalam tubuh, bahkan zat-zat yang masih bisa dipergunakan tubuh seperti glukosa dan protein bisa ikut keluar tubuh. Gejala ini disebut gagal ginjal. Kelainan ini bisa disebabkan karena kondisi yang mengganggu fungsi ginjal. Gagal ginjal yang akut menyebabkan penumpukan urea di dalam darah dan asidosis (darah bersifat lebih asam). Kerusakan ginjal ini bisa disebabkan oleh nefritis glomerulus yang parah, atau bisa juga disebabkan oleh penyumbatan saluran ginjal. Racun tertentu yang dihasilkan dari proses industri menyebabkan nekrosis (kerusakan sel) epitel nefron. Gagal ginjal yang parah disebabkan oleh kerusakan yang permanen pada banyak nefron, sehingga nefron-nefron tersebut tidak berfungsi. Kerusakan ini ditandai dengan ketidakmampuan ginjal untuk mengeluarkan hasil ekskresi, retensi, pembengkakan karena akumulasi cairan tubuh, kenaikan kandungan kalium, asidosis, keracunan zat sampah, dan berakhir pada kematian.
Orang yang menderita kerusakan ginjal secara serius masih bisa menyaring darahnya dengan ginjal buatan.
Proses ini disebut cuci darah atau dialisis. Dalam dialisis darah dipompa ke dalam saluran yang mengandung larutan garam yang mirip dengan plasma darah. Zat sampah berdifusi dari saluran yang mengandung darah dan dibersihkan oleh larutan garam. Darah bersih yang tertinggal dikembalikan ke dalam vena. Seseorang yang hanya mempunyai satu ginjal masih bisa menggunakan ginjal tersebut secara normal. Satu ginjal yang sehat dapat mengerjakan pekerjaan dua ginjal.
9.
Diabetes insipidus
Diabetes insipidus (Insipide
hambar) keadaan pada seseorang yang mengeluarkan kandung kemih dalam jumlah
banyak (> 40 l/hari) atau banyak mengeluarkan urin encer. Hal ini akibat
kekurangan ADH, yang disebabkan oleh cedera atau tumor dalam hypothalamus, atau
neurohipofisis. Dehidrasi yang pernah menyebabkan ketidak seimbangan
elektrolit, kecuali jika penderita minum banyak air. Diabetes insipidus dapat
timbul karena factor dari luar seperti etanol menghambat pembebasab ADH.
10. Albuminaria merupakan gangguan system ekskresi yang mengakibatkan urine
mengandung albumin. Keadaan demikian merupakan suatu pertanda adanya kerusakan
pada alat filtrasi ginjal.
11. Diabetes mellitus
Diabetes mellitus merupakan gangguan system ekskresi
yang mengakibatkan urin mengandung gula, diabetes mellitus sering dikenal
sebagai penyakit kencing manis atau penyakit gula. Penyakit tersebut terjadi
akibat sedikitnya hormone insulin yang diproduksi oleh kelenjar pancreas
sehingga proses pengubahan gula menjadi glikogen tidak optimal. Diabetes
mellitus termasuk penyakit keturunan, penyakit tersebut dapat diatasi dengan
melakukan diet ketat dibawah pengawasan dokter dan terapi hormone insulin.
Dengan melakukan itu diharapkan kadar gula dalam darah penderita dapat menurun.
12. Oligouria
Oligouria merupakan gangguan system ekskresi yang mengakibatkan produksi
urin sangat sedikit. Gangguan tersebut akibat ginjal mengalami kerusakan. Pada
saat tertentu, seseorang tidak mampu menghasilkan urin sama sekali. Kondisi
demikian dikenal dengan istilah anuria.
13.
Polluria
Polluria merupakan gangguan system ekskresi yang mengakibtkan pengeluaran
urin dalam jumlah yang sangat banyak dan encer. Gangguan tersebut dapat terjadi
karena kemampuan nefron untuk mengadakan reabsorpsi sangat rendah.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdurrahman, Asep Suryana. 2011. Bahan
Ajar & Penuntun Praktikum Anatomi & Fisiologi Manusia: Gorontalo
Corwin, Elizabeth. 2000. Patofisiologi. Jakarta : EGC
Ganong, William. 2002. FisiologiKedokteran. Jakarta : EGC
Anonim A. 2009. http://darryltanod.blogspot.com/2008/04/mekanisme-proses-dasar-ginjal-darryl.html. akses 30 Juni 2009.
Ganong
WF.2001. Fisiologi Kedokteran edisi 14. Terjemahan Petrus Andrianto.
Jakarta:EGC
Lehninger
AL. 1998. Dasar-Dasar Biokimia 3. Thenawijaya M, penerjemah. Jakarta:
Erlangga. Terjemahan dari: Principles of Biochemistry.
Murray
RK.et al. 2003. Biokimia Harper Ed.25. Terjemahan Andry
Hartono.Jakarta : EGC
Pringgodigdo
Ag. 1973. Ensiklopedi Umum. Yogyakarta : Kanisius.